Program SASCI Plus (Sustainability and Value Added in Agricultural Supply Chain in Indonesia) menjadi senjata andalan Kementerian Pertanian Indonesia dalam menghadapi tantangan ekspor kelapa sawit ke Eropa di tengah implementasi regulasi European Union Deforestation-free Regulation (EUDR). Program kerja sama dengan pemerintah Jerman melalui GIZ ini dirancang khusus untuk membangun rantai pasok pertanian berkelanjutan dan memastikan komoditas kelapa sawit Indonesia tetap dapat menembus pasar Uni Eropa.
Momentum Strategis Pasca Kesepakatan IEU-CEPA
Kesepakatan Indonesia European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) pada Juli 2025 memberikan angin segar bagi industri sawit Indonesia. Uni Eropa untuk pertama kalinya memberikan pengakuan eksplisit terhadap sawit Indonesia sebagai sumber berkelanjutan dan menyepakati ekspor CPO bebas tarif hingga 1 juta ton per tahun. Kesepakatan ini diproyeksikan dapat melipatgandakan kinerja ekspor sawit Indonesia ke pasar Eropa yang selama ini menghadapi berbagai hambatan tarif dan non-tarif.
SASCI Plus: Program Komprehensif Penguatan Kapasitas
Lingkup dan Implementasi Program
SASCI Plus merupakan program lanjutan yang diinisiasi sejak 2017 dengan Kementerian Pertanian sebagai mitra politik untuk mengatasi isu deforestasi dari sektor kehutanan dan pertanian. Program ini telah memasuki tahun kedua dengan fokus utama pada:
-
Peningkatan kapasitas 2.000 petani dalam penerapan Good Agricultural Practices (GAP) dan Good Handling Practices (GHP)
-
Penguatan kelembagaan petani melalui pembentukan koperasi dan sistem sertifikasi
-
Pengembangan persemaian dan bibit unggul di setiap kecamatan target
-
Pendampingan rutin bulanan dan distribusi bantuan sarana produksi
Target Sertifikasi Berkelanjutan
Program SASCI Plus menargetkan pembentukan 9 koperasi petani dengan sertifikasi RSPO, namun hingga saat ini telah berhasil membentuk 5 koperasi tersebar di Kalimantan Timur. Sertifikasi ini penting untuk memastikan ketertelusuran sumber pasok dan kepatuhan terhadap standar keberlanjutan internasional.
Menghadapi Tantangan EUDR
Dampak Regulasi Deforestasi Eropa
EUDR yang diterapkan mulai 2025 memberikan tantangan signifikan bagi ekspor sawit Indonesia, dengan Uni Eropa mengklasifikasikan sawit Indonesia dalam kategori berisiko tinggi deforestasi. Regulasi ini mewajibkan uji tuntas ekstensif terhadap setiap produk kelapa sawit yang masuk ke wilayah Uni Eropa, termasuk pembuktian legalitas dan asal usul lahan perkebunan.
Strategi Adaptasi Pemerintah
Pemerintah Indonesia merespons tantangan EUDR melalui beberapa strategi kunci:
-
Penguatan sistem ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) dari level hulu hingga hilir
-
Peningkatan ketertelusuran rantai pasok sawit berkelanjutan
-
Integrasi kebijakan tata kelola perkebunan sawit yang komprehensif
Pencapaian Sertifikasi Berkelanjutan
Progress ISPO
Hingga saat ini, Indonesia telah mencapai 3,65 juta hektar kebun sawit tersertifikasi ISPO dengan 766 sertifikat yang menghasilkan 22 juta ton CPO. Namun, dari total 16 juta hektar lahan sawit nasional, baru sekitar 5,68 juta hektar yang tersertifikasi ISPO, menunjukkan masih besarnya ruang peningkatan.
Manfaat Ekonomi Sertifikasi
Sertifikasi berkelanjutan memberikan beberapa keuntungan strategis:
-
Ekspansi akses pasar global
-
Peningkatan harga premium untuk produk bersertifikat
-
Penguatan posisi tawar di pasar internasional
-
Insentif bagi pelaku usaha untuk meningkatkan kelestarian
Prospek dan Proyeksi Masa Depan
Timeline Implementasi
Pemerintah menargetkan ratifikasi IEU-CEPA pada kuartal III 2026 atau paling lambat kuartal I 2027. Sementara itu, dokumen kesepakatan diharapkan dapat diselesaikan pada September 2025 dengan kunjungan Komisioner Perdagangan Uni Eropa ke Jakarta.
Dampak Ekonomi Nasional
Industri minyak kelapa sawit menyumbang sekitar 3,5% PDB Indonesia dan memberikan pekerjaan kepada 4,3 juta orang secara langsung serta melibatkan 12 juta orang secara tidak langsung. Kesuksesan SASCI Plus dan kesepakatan IEU-CEPA diproyeksikan dapat meningkatkan kontribusi sektor ini secara signifikan.
Kesimpulan
SASCI Plus merepresentasikan pendekatan holistik Kementerian Pertanian dalam mempertahankan dan meningkatkan daya saing sawit Indonesia di pasar Eropa. Melalui kombinasi penguatan kapasitas petani, sertifikasi berkelanjutan, dan diplomasi perdagangan, Indonesia berhasil memposisikan diri sebagai produsen sawit berkelanjutan yang kredibel di mata Uni Eropa. Keberhasilan program ini tidak hanya memastikan kontinuitas ekspor sawit ke Eropa, tetapi juga membuka peluang ekspansi pasar yang lebih luas dengan status sustainable sources yang telah diakui secara internasional.
Program SASCI Plus membuktikan bahwa dengan pendekatan terstruktur dan komitmen berkelanjutan, Indonesia dapat mengubah tantangan regulasi lingkungan menjadi peluang penguatan industri sawit nasional yang lebih kompetitif dan berkelanjutan.