Industri kelapa sawit dinilai menjadi salah satu sektor penyelamat perekonomian Indonesia di tengah defisit neraca perdagangan yang terus terjadi.

Wakil Ketua Urusan Organisasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Kacuk Sumarto mengatakan, sepanjang 2017 lalu, industri sawit menyumbang sekitar US$22,97 miliar dari total devisa ekspor nasional.

“Ini angka yang sangat tinggi dibanding sektor nonmigas lainnya,” katanya dalam Workshop Jurnalistik di Medan, Rabu (24/10).

Menurut dia, tahun ini, defisit neraca perdagangan Indonesia sudah di atas level US$3 miliar. Jika saja tidak ditopang industri sawit, kemungkinan besar defisit neraca perdagangan bakal lebih tinggi.

“Hal tersebut akan berimbas negatif terhadap perekonomian, terutama Rupiah akan semakin lemah,” ungkapnya.

Begitupun, kata dia, industri sawit hingga kini tak lepas dari kampanye hitam baik dari luar maupun dalam negeri. Pihaknya menyayangkan masih ada masyarakat yang justru hidup dari industri sawit malah berkampanye hitam soal sawit.

“Kampanye hitam terhadap sawit semakin masif seiring berkembangnya media digital dan media sosial,” ungkapnya.

Corporate Secretary Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP KS), Achmad Maulizal Sutawijaya mengatakan, saat ini pihaknya terus membangun awareness pada netizen dengan diplomasi kepada masyarakat dunia.

“Promosi ini bertujuan untuk meningkatkan citra nilai produksi kepala sawit dengan memberikan informasi pasar pada masyarakat terkait turunan dari sawit ini sudah banyak. Kami juga memperluas pasar hingga ke Eropa dan meningkatkan investasi,” katanya.

Pihaknya mengaku, agar masyarakat luas dapat mengetahui tentang sawit dan turunannya ini akan membuat gerakan hastag #sawitbaik yang akan digulirkan tahun 2019.

“Hal ini merupakan strategi kampanye nasional komunikasi agar sawit bisa diakui sebagai produk yang memang baik sejak awal,” ujarnya

 

Sumber: Medanbisnisdaily.com