JAKARTA – Direktur Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology Center (SEAFAST), Nuri Andarwulan informasi yang dikeluarkan oleh kantor regional WHO Mediterania Timur telah mengabaikan berbagai sumber-sumber ilmiah yang membuktikan manfaat kesehatan minyak kelapa sawit, terutama kaitannya dengan imunitas tubuh.

Lantaran sumber pada infografis WHO tersebut berasal dari artikel yang dipublikasikan pada tahun 2014 yang berjudul “The Palm Oil Industry and Non Communicable Disease” yang menyebut jika minyak sawit meningkatkan resiko penyakit cardiovascular dan tingkat LDL cholesterol atau kolesterol jahat di dalam tubuh.

Namun demikian kata Nuri, sumber tersebut merupakan penelitian yang sudah kadaluarsa lantaran dalam artikel yang sama tercantum 9 artikel dari jurnal internasional yang menyatakan sebaliknya. “Jadi WHO tahu kalau itu sudah terbantahkan,” tutur Nuri dalam Diskusi secara online, yang dihadiri InfoSAWIT, belum lama ini.

Lebih lanjut kata Nuri, Informasi dari flyer tersebut menjadi rancu dan menyesatkan karena seakan-akan dilarang dan dianjurkan padahal belum ada bukti ilmiah yang valid akan keterkaitan keduanya, justru lemak jenuh maupun tidak jenuh keduanya diperlukan secara seimbang dalam tubuh manusia.

“Justru minyak kelapa sawit mengandung asam palmitate yang merupakan lemak jenuh. Asam palmitate berfungsi sebagai surfactant alveoli dan memberikan perlindungan pada paru-paru yang sehat,” katanya.

Sebelumnya, Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC), telah melayangkan surat keberatan kepada WHO Mediterania Timur, dan menyingkap fakta-fakta berikut yang telah diverifikasi dan dibahas panjang lebar oleh paguyuban gizi selama bertahun-tahun. Dimana perwakilan WHO di Mediterania Timur telah mengkonfirmasi penerimaan surat keberatan CPOPC.

Dalam surat tersebut CPOPC menyampaikan beberapa poin penting diantaranya, pertama kendati memiliki kandungan lemak jenuh tinggi, minyak kelapa sawit adalah sumber minyak goreng yang paling banyak digunakan di dunia. Minyak kelapa sawit aman dikonsumsi karena memiliki komposisi beragam asam lemak yang seimbang dan telah dikonfirmasi oleh banyak studi penelitian ilmiah secara global.

Lantas kedua, minyak goreng berbasis kelapa sawit diperoleh dari olein, fraksi cair minyak sawit mentah (CPO), yang diproduksi melalui serangkaian proses pemurnian, pemutih, dan penghilang bau (RBD) – oleh karena itu sering disebut sebagai RBD palm olein dan dipatuhi oleh standar HACCP.

Ketiga, RBD palm olein, atau minyak goreng yang dijual di pasaran, memiliki lemak jenuh yang lebih rendah daripada CPO yang tidak diproses. “Karena itu, ketika dikonsumsi sebagai bagian dari diet seimbang, RBD palm olein tidak memiliki risiko tambahan untuk penyakit kardiovaskular,” catat pihak CPOCP dikutip dari InfoSAWIT, belum lama ini. (*)

 

Sumber: Nasionalisme.co