JAKARTA-Indonesia justru berhasil meningkatkan ekspor minyakkelapa sawitke Uni Eropa (UE) pada 2020 di tengah sengketa perdagangan yang disebut Indonesia sebagai diskriminasi sawit. “Perdagangan kita turun cukup signifikan yakni 11% dalam 10 bulan pertama 2020 dan itu dapat dipahami (terkait situasi krisis Covid-19),” Duta Besar UE untuk Indonesia Vincent Piket, Rabu (13/1).

Perdagangan Indonesia-UE diwarnai perselisihan soal minyakkelapa sawitpada 2019, setelah blok itu membuat kebijakanrenewable energyDirective II (RED II) dan Delegated Regulation yang disebut akan dapat membatasi akses masuk produk-produk bahan bakar hayati yang dinilai tidak bersifat ramah lingkungan dan berkelanjutan {unsustainable crop based biofuels), termasuk minyak sawit. “Indonesia bertahan surplus, kebanyakan berkat keberhasilan negara ini dalam ekspor minyakkelapa sawitke UE, yang faktanya naik sebesar tak kurang dari 27% secara nilai dan 10% secara volume,” ujar Piket.

Namun demikian, dalam Pertemuan ke-23 Tingkat Menteri Asean-UE awal Desember tahun lalu, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi kembali meminta UE untuk memperlakukan produkkelapa sawitIndonesia dengan adil. “Indonesia tidak mengorbankan kelestarian lingkungan hanya untuk mengejar pembangunan ekonomi,” kata Retno dikutip dari keterangan pers Kementerian Luar Negeri RI pada 1 Desember 2020. Sebelumnya, Indonesia telah menyampaikan gugatan mengenai isukelapa sawitkepada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), 9 Desember 2019-dan prosesnya masih berjalan hingga sekarang. Sementara dalam pernyataan pers awal tahun ini, Dubes Piket menyebut bahwa kenaikan angka
ekspor minyakkelapa sawitdi atas adalah suatu bukti yang sangat jelas bahwa pintu UE masih terbuka bagi komoditas alam Indonesia dan juga minyak kelapa sawit.

UE juga menyatakan tidak mempunyai target khusus untuk waktu penyelesaian Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Eropa (I-EU CEPA) dan memastikan bahwa isu minyak sawit masuk ke dalam pembahasannya. UE akan menunggu sesuai waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan perundingan, kendati pihaknya sama seperti Indonesia juga menginginkan CEPA segera disepakati.

 

Sumber: Investor Daily Indonesia