Selain kekayaan minyak bumi yang ada di bawah tanah. Provinsi Riau juga memiliki limpahan minyak di atas permukaan tanah, yakni minyak kelapa sawit. Demikian disampaikan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto saat meresmikan pabrik oleokimia Sinar Mas Cepsa di Dumai, Provinsi Riau, pekan lalu.

Sebelumnya, Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman pun sempat menyuarakan keinginan pemerintah daerah agar pemerintah pusat mendukung penyiapan sumber daya manusia (SDM) masyarakat setempat Harapan yang masuk akal, agar warga Riau dapat berperan aktif dalam dinamika kegiatan investasi di daerah sendiri.

Minyak bumi dan produk turunannya selama ini berperan penting untuk kebutuhan energi dan bahan baku di berbagai sektor industri. Demikian pula minyak kelapa sawit yang laku sebagai komoditas dan potensial pula menurunkan berbagai produk derivatif bernilai tambah tinggi. Tak terkecuali sumber daya alam (SDA) lainnya.

Peningkatan nilai tambah melalui hilirisasi industri belakangan menjadi fokus pemerintah. Pengembangan industri hilir pun diatur dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015-2035. Merujuk data dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin), ada berbagai industri yang memproduksi berbagai produk berbahan baku sawit Apalagi sawit dapat diolah menjadi beragam produk mulai margarin, biodiesel, hingga bioavtur atau bahan bahan bakar jet .

Bahkan ada pula potensi mengarahkan pengolahan produk sawit untuk menghasilkan produk substitusi impor, seperti bioplastik. Bijih plastik dari sawit ini dinilai akan mampu menggantikan impor bahan baku plastik di industri petrokimia.

Tak tertutup kemungkinan, seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, akan semakin banyak lagi produk yang bisa dihasilkan atau dikembangkan dari SDA Indonesia. Di titik ini, peran SDM berkompetensi menjadi hal sentral.

Penyediaan dan peningkatan kompetensi SDM industri pun disebutkan sebagai perwujudan kebijakan Kemenperin dalam meningkatkan daya saing dan produktivitas. Upaya dilakukan melalui pendidikan vokasi industri dengan jenjang sekolah menengah kejuruan (SMK) dan diploma.

Selain itu, bekerja sama dengan pihak industri, juga diselenggarakan pelatihan industri dengan sistem 3-in-l. Sistem ini mencakup pemberian pelatihan, sertifikasi kompetensi, dan penempatan kerja. Merujuk data dari Kemenperin, pada 2016 dunia kerja telah menyerap 4.566 lulusan pendidikan vokasi unit pendidikan Kemenperin dan 10.820 SDM industri yang telah melalui pendidikan dan pelatihan sistem 3-in-l tersebut.

Melalui jalur-jalur tersebut, hingga Juni 2017 sudah ditempatkan 9.948 orang. Selain itu, ada pula program penjalinan untuk menghubungkan SMK dengan industri pada 2017. Tercatat ada 308 perusahaan industri yang membina 1.035 SMK di Jawa Timur, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Barat.

Program pengembangan SDM industri tersebut menargetkan pencapaian 1 juta tenaga kerja industri yang memiliki sertifikasi kompetensi. Peningkatan daya saing produktivitas pun direncanakan berlanjut pada 2018 mendatang. Kapasitas SDM dan potensi sumber daya alam merupakan dua hal penting. Paduan keduanya akan memampukan suatu negeri mengoptimalkan keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif.

Semakin melimpah kekayaan alam Indonesia, kiranya semakin perlu sinergi itu untuk memastikan optimalisasi manfaat bagi negeri ini. Saatnya membangun SDM industri. Membangun industri. Membangun negeri ini.

(C ANTO SAPTOWALYONO)

Sumber: Kompas