Bisnis, JAKARTA – Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia memproyeksikan volume ekspor oleokimia pada 2021 mencapai 4,3 juta ton-4,6 juta ton atau tumbuh 17%-22%, didorong kenaikan permintaan global.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (Apolin) Ra-polo Hutabarat menyatakan negara tujuan ekspor utama oleochemical antara lain India, China, Pakistan, dan negara Eropa.
“Permintaan global dan domestik tentu sangat dipengaruhi seberapa cepat pemulihan ekonomi di berbagai negara akibat adanya pandemi Covid-19,” katanya, Jumat (25/12).
Dia menegasakan industri oleokimia di Indonesia tidak terlepas dari sejumlah tantangan yang berkaitan dengan seberapa cepat pemulihan ekonomi dari negara tujuan ekspor utama produk oleochemical itu.
Bila pemulihan ekonomi negara utama tujuan ekspor berlangsung cepat, dia meyakini ada harapan yang positif atas permintaan produk oleokimia.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, menurut Rapolo, masih diperlukan sinergi dengan pemangku kepentingan lain, termasuk pemerintah. Sebagai contoh, diplomat di berbagai belahan dunia perlu senantiasa mengampanyekan industri sawit Indonesia secara umum dan oleokimia secara khusus.
“Untuk upaya ini, kami dari Apolin akan membangun komunikasi dengan fungsi ekonomi kita di berbagai KBRI,” ujarnya.
Selain itu, Rapolo mengharapkan dukungan dari pemerintah berupa konsistensi regulasi, baik dari sisi pungutan ekspor, adanya fax holiday dan fax allowance, maupun harga gas industri US$6 per MMBTU.
Konsistensi berbagai regulasi tersebut akan memberikan kepastian bagi investor untuk menanamkan modalnya di sektor hilir Kelapa Sawit di Indonesia.
Saat ini, ada beberapa perusahaan yang sudah beroperasi di Indonesia menyatakan niat untuk investasi di sektor oleokimia.
Pada tahun depan, dia memperkirakan pasar domestik produk oleokimia tumbuh 10%-12% menjadi 165.000 ton-168.000 ton per bulan dari kini 150.000 ton per bulan.
Sumber: Bisnis Indonesia