Ditengah-tengah memanasnya suhu perdagangan biodiesel antara Indonesia dengan Uni Eropa (UE), kini Presiden Jokowi resmi meluncurkan biodiesel 30% (B30).

Dalam peluncuran B30 di SPBU Pertamina yaitu SPBU 31.128-.02, jalan MT Haryono Jakarta Selatan Jokowi berharap tiga hal. Pertama, Indonesia harus melepas diri dari ketergantungan terhadap energi fosil. Kedua, Indonesia memiliki tingkat importasi solar yang tinggi. Ketiga, Indonesia merupakan negara penghasil sawit terbesar di dunia. “Usaha menekan impor solar dilakukan serius. Kalkulasinya, apabila konsisten menerapkan B30, maka devisa yang dihemat Rp 3 triliun. Jumlah yang sangat besar sekali,” kata Jokowi.

Tapi, menurut Jokowi yang tidak kalah penting, yaitu B30 akan menciptakan permintaan domestik dan multiplier effect terhadap 16 juta petani sawit di dalam negeri.

Seperti diketahui, berdasarkan catatan Ditjen Perkebunan, Kementerian Pertanian tahun 2017 -2019 bahwa luas perkebunan Kelapa Sawit milik petani mencapai 5.958.502 hektar atau sekitar 46% dari total perkebunan Kelapa Sawit yang ada saat ini mencapai 14.677.560 hektar. Artinya luas perkebunan Kelapa Sawit milik petani tidaklah kecil.

“Program B30 yang nantinya ke. BI00 juta akan membuat kita tidak mudah ditekan-tekan lagi oleh kampanye negatif beberapa negara karena pasar dalam negeri yang sangat besar,” harap Jokowi.

Sekedar catatan, berdasarkan data Badan PUsat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia pada November 2019 masih mengalami defisit sebesar US$1,33 miliar. Nilai impor pada November 2019 tercatat sebesar US$15,34 miliar atau naik 3,94% secara bulanan.

Di sisi lain, dalam peluncuran tersebut, Jokowi pun menyindir UE yang berencana memboikot produkCPO dan turunannya karena dianggap tak ramah lingkungan. “Kamu (Uni Eropa) enggak beli enggak apa-apa, saya pakai sendiri. Kamu enggak beli enggak apa-apa, saya konsumsi sendiri di dalam negeri,”

Di tempat terpisah Bambang, Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Bio Industri, Kementeria Pertanian pun mengakui hilirisasi industri untuk meningkatkan daya saing dan konsumsi dalam negeri harus segera dilakukan, apalagi harga CPO yang cenderung naik-turun akibat black campaign.

Apalagi para peneliti dari lembaga penelitian dan Perguruan Tinggi telah banyak menemukan inovasi dan teknologi hilirisasi. Seperti diketahui bahwa hampir semua bagian tanaman Kelapa Sawit memberi manfaat secara ekonomi, akan tetapi belum dimanfaatkan secara optimal.

Bio massa berupa daun, tandan kosong dan bungkil sawit dapat dijadikan bahan baku pakan ternak yang kaya nutrisi. Lalu pohon Kelapa Sawit ex replanting memiliki kandungan pati atau gula yang cukup tinggi.

“Ini persoalan persaingan bisnis dan kepentingan, genderang yang sengaja mereka ciptakan untuk membangun opini bahwa Kelapa Sawit tidak baik. Kompetitor kelapa sawiit tidak akan pernah berhenti. Sebagai bangsa yang bermartabat kita respon secara arif bijaksana. Berikan penjelasan dengan baik, jalin hubungan kerjasama, lakukan kajian dengan melibatkan para pakar dunia bahwa tuduhan mereka keliru,” ujar Bambang.

Seperti diketahui, program biodiesel dikeluarkan tahun 2008 melalui Peraturan Menteri ESDM Nomor32/2008, dengan target BIO pada 2015. Guna meningkatkan penggunaan CPO dalam BBM solar, maka dikeluarkanjuga Peraturan Menteri ESDM Nomor32/2008 yang kemudian direvisi oleh Peraturan Menteri ESDM Nomor 25/2013, sehingga implementasi B20 ditargetkan tercapai pada 2016.

Kemudian, mandatori penggunaan CPO direvisi lagi melalui Peraturan Menteri ESDM Nomor 12/2015 dengan target B30 pada 2020 untuk sektor-sektor transportasi PSO dan non PSO, serta industri dan komersial.

Sedangkan pelaksanaan program B30 pada 2020, pemerintah telah pula menerbitkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 227 K/10/MEM/2019 Tentang Uji Coba Pencampuran BBN B30 ke dalam BBN Solar, yang ditandatangani Menteri ESDM Arifin Tasrif pada 15 November 2019.

 

Sumber: Harian Ekonomi Neraca