JAKARTA. Dampak El Nino yang menekan produksi produsen minyak sawit mentah alias crude Palm Oil (CPO) mulai hilang. Tapi alih-alih berdampak positif, kondisi ini justru menekan harga CPO di semester satu lalu.

Di enam bulan pertama 2017, harga CPO terhitung melorot 14,38% lantaran pada Jumat (30/6), harganya ada di RM 2.459 per metrik ton. Memang, harga saat ini cenderung menguat. Kemarin (5/7), harga CPO kontrak pengiriman September 2017 di Malaysia Derivative Exchange naik 1,20% jadi RM 2.538 per ton.

Asal tahu saja, produksi CPO Indonesia tahun ini diperkirakan mencapai kisaran 33 juta-35 juta ton. Tahun lalu, produksi CPO dalam negeri hanya 32,5 juta ton.

produksi CPO Malaysiajuga setali tiga uang. Pada periode Maret-Mei 2017, stok CPO Negeri Jiran ini terus naik.

Pelaku pasar menilai membaiknya tingkat produksi CPO akan membuat pasokan berlimpah. Padahal, permintaan masih rendah.

Research Analyst Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar menambahkan, CPO juga terbebani nilai tukar ringgit yang sempat melambung signifikan akibat pelemahan dollar AS, setelan pasar pesimistis memandang kepemimpinan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Ketika ringgit menguat, wajar harga CPO yang diperdagangkan dengan ringgit tertekan.

Belum lagi harga minyak mentah juga cenderung tertekan. Hal ini turut memberi efek negatif pada harga CPO. Tekanan terbesar datang ketika bulan Ramadan gagal mengangkat permintaan dan mengikis pasokan sebagaimana yang diharapkan pasar,” imbuh Deddy, kemarin.

Laporan ekspor Malaysia periode 1-10 Juni 2017 hanya tumbuh 5,8% atau jauh turun dibanding periode yang sama bulan sebelumnya yang mencapai 13,6%. Ini dipandang pasar sebagai sinyal masa depan permintaan CPO yang buruk, mengingat bahkan selama Ramadan pun permintaan CPO di masyarakat juga tidak menguat.

Tekanan minyak kedelai

Sentimen negatif dari harga komoditas energi masih akan menyulitkan CPO di semester 11-2017. Belum lagi, OCBC memperkirakan produksi CPO Malaysia akan naik sekitar 15% tahun ini. Artinya banjir pasokan tidak akan diimbangi dengan permintaan yang tumbuh positif.

Ke depan, tekanan bagi harga CPO juga datang dari melimpahnya pasokan minyak kedelai di pasar global saat ini. Padahal minyak kedelai adalah substitusi utama CPO.

Diperkirakan stok minyak kedelai global naik 3,1 juta menjadi sekitar 93,2 juta ton, atau jauh lebih tinggi dibanding 2016 lalu. “Secara garis besar tren bearish CPO masih akan berlanjut, namun Tentangnya lebih terbatas karena di paruh- pertama penurunan harga sudah signifikan,” ujar Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono.

Sementara itu, katalis positif bagi CPO bisa datang jika program biodiesel yang digelar pemerintah Indonesia dan Malaysia berjalan sesuai harapan. Apalagi, China juga memiliki aturan yang sama. Jika di Indonesia bahan bakar harus dicampur CPO hingga 20%, di China campuran CPO sebesar 5%. “Selama program tersebut berjalan, maka harga CPO bisa ikut terdongrak, walau terbatas mengingat masih banyak katalis negatif yang mempengaruhi,” imbuh Deddy.

Berkaca pada hal itu, Deddy memprediksi harga CPO hingga akhir 2017 bakal bergerak di kisaran RM 2.400-RM 2.605 per ton. Menurut hitungan Wahyu, harga CPO akan bergerak antara RM 2.300-RM 2.800 per ton.

Namira Daufina Nainggolan

SUmber: Harian Kontan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *