JAKARTA – Pelaku industri hilir kelapa sawit optimistis ketersediaan bahan baku untuk bahan bakar nabati (BBN) bakal tetap aman hingga 2025 meskipun realisasi program peremajaan kebun relatif lamban.

Ketua Umum Asosiasi Produsen biodiesel (Aprobi) M.F. Tumanggor mengatakan produksi perkebunan sawit nasional tetap akan mencatatkan pertumbuhan positif setiap tahun.

“Kalaupun tanpa replanting, [tetap] ada peningkatan [produktivitas] terus dengan kebun-kebun sekarang. Jadi, tidak ada kendala soal bahan baku sampai 2025,” katanya kepada Bisnis, Selasa (25/2). Menurutnya, kebutuhan BBN sawit, khususnya biodiesel, secara berangsur akan melambat dan mencapai titik ekuilibrium baru saat peredaran mobil listrik ramai digunakan. “Sebentar lagi [konsumen mulai menggunakan mobil listrik. Jadi, kami juga harus memperkirakan 4-5 tahun ke depan, kalau separuh [masyarakat] pakai mobil listrik bagaimana [konsumsinya]?” ujarnya. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP KS) memperkirakan kebutuhan sawit untuk BBN akan naik 157,26% menjadi 24,44 juta ton pada 2025 dari kebutuhan tahun ini sebanyak 9,5 juta ton.

Produksi biodiesel pada tahun ini tumbuh menjadi sekitar 9 juta kiloliter, sedangkan produksi BBN sawit secara keseluruhan, termasuk untuk green diesel, mencapai 11,9 juta kiloliter. Angka tersebut akan tumbuh menjadi 24,5 juta kiloliter pada 2025. Terpisah, Pit Direktur Kemitraan BPDP KS Muhammad Ferian mengatakan pihaknya telah diinstruksikan untuk melakukan replanting kebun sawit milik rakyat seluas 500.000 hektare hingga 2022. Pada tahun ini pemerintah menargetkan peremajaan dilakukan terhadap 180.000 hektare kebun sawit.

Sejauh ini, realisasi peremajaan kebun tersebut masih di bawah target.

Sementara itu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat alokasi serapan produk bodiesel 30% atau B30 hingga 12 Februari 2020 mencapai 8,2% dari target 9,59 juta kiloliter.

Kasubdit Keteknikan dan Lingkungan Bioenergi Kementerian ESDM Effendi Manurung mengatakan sembari B30 berjalan, saat ini Badan Penelitian dan Pengembangan atau Balitbang ESDM sedang merampungkan studi terkait dengan rencana B40.

Harapannya studi itu akan selesai dalam 3 bulan ke depan. “Sampai sekarang masih belum tahu penggunaan BBN [bahan bakar nabati] 40% nanti akan seperti apa. Jika B30 ditambah DIO [green diesel 10%] yang disepakati, baru selanjutnya ketahuan campurannya akan seperti apa.”

Selain itu, ada pula pilihan formula B40 yang berasal dari solar dengan campuran 40% fatty acid methyl ester (FAME). “Sekarang stok FAME kita sudah 1,5 juta kiloliter yang dapat digunakan untuk menuju B40.”

Di sisi lain, Tumanggor menyampaikan penggunaan B40 akan mulai diuji di jalan pada akhir kuartal 1/2020. Pabrikan biodiesel akan mulai menyesuaikan permesinan terhadap hasil uji secepatnya pada kuartal 111/2020.

Rencana pemerintah untuk memacu program mandatori biodiesel dengan kadar campuran hingga 50% alias B50 harus ditopang dengan program peremajaan kebun. Namun, sejauh ini realisasi program itu berjalan lambat.

 

Sumber: Bisnis Indonesia