Institut Teknologi Bandung berhasil memproduksi katalis pertama di Indonesia yang berbasis minyak sawit. Katalis menjadi sangat penting dalam upaya memproduksi bensin dan bahan kimia. Dampak positifnya adalah Indonesia tidak perlu lagi mengimpor minyak bumi setiap tahun.

“Industri katalis ini akan kita dorong untuk menuju kemandirian energi.Dari sisi ekonomi, katalis ini dapat menghemat energi. Kalau bisa diselesaikan di Indonesia, punya ‘palm oil’ besar, minyak sawit maupun inti sawit bisa dimanfaatkan untuk bahan bakar. Ini akan mendorong Indonesia memproduksi ini, sehingga tidak perlu impor untuk BBM,” jelas Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir meresmikan Industri-Katalis Pendidikan (Catalyst Teaching Industry), pada Oktober 2018.

Katalis merupakan suatu zat yang dapat mempercepat dan mengarahkan reaksi kimia supaya menghasilkan produk yang diinginkan. Hampir 90% proses di industri kimia melibatkan katalis.

Katalis ini dapat menghasilkan menghasilkan bensin, solar (diesel) dan avtur. Dari hasil riset bahwa minyak dari kelapa sawit  ini  menghasilkan gasolin yang lebih baik dibandingkan fosil. Sebagai contoh, dari minyak fosil yang biasanya hanya 92 sampai 98 oktan fosil (untuk Pertamax) sedangkan gasolin menghasilkan 110 oktan. “Namun menggunakan katalis bisa menghasilkan palm 110. Jauh lebih baik,” ujar Menteri Nasir.

Begitupula dengan dengan solar dari minyak sawit lebih bagus kualitasnya daripada minyak fosil. Kalau diesel fosil menghasilkan 40 hingga 47, sementara itu diesel katalis dari sawit mencapai 60. Alhasil, pembakarannya di kendaraan jauh lebih sempurna.

Pemakaian bahan bakar Avtur, minyak fosil punya tingkat beku minus dari 37 hingga maksimal 47. Dengan avtur dari katalis sawit  bisa mencapai minus 60.

Menteri Nasir mengharapkan riset katalis yang dihasilkan ITB segera diterapkan untuk kepentingan industri di Indonesia. “Kalau bisa full dari kelapa sawit ini. Saya optimis Indonesia  akan berhenti impor,”ujarnya.

Rektor ITB Kadarsyah menuturkan penelitian katalis  merupakan hasil karya yang didukung oleh Kemenristekdikti dan dunia industri.

Bersama PT. Pertamina (Persero), Laboratorium Teknik Reaksi Kimia dan Katalis (TRK) ITB telah bekerja sama merancang dan mensitesis katalis pengolahan hidro nafta dan diesel berbasis logam Ni dan Mo. Beberapa hasil penelitian dalam sintesis katalis ini berpotensi untuk dikomersialisasikan.

TRK ITB didanai oleh BPDP KS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit),melakukan inovasi katalis untuk memproduksi bensin dan bahan kimia dari minyak kelapa sawit. Kini, hampir seluruh penelitian yang dilaksanakan di TRK ITB berorientasi pada komersialisasi hasil penelitian.

 

Sumber: Sawitindonesia.com