Dalam pertemuan kenegaraan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi, dibahas persoalan tingginya tarif bea masuk sawit di India.
Presiden Jokowi melobi Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi untuk memperhatikan tingginya tarif bea masuk atas produk kelapa sawit di Indonesa.
India adalah negara tujuan utama ekspor produk sawit Indonesia, setelah Tiongkok dan Uni Eropa. Pembelian CPO Indonesia oleh India rata-rata sebesar 7 juta-8 juta ton per tahun. Presiden Jokowi mengakui bahwa India adalah mitra strategis Indonesia di bidang ekonomi.
India, lanjut Presiden, adalah mitra dagang ekspor terbesar Indonesia di Asia Selatan dan Tengah dengan nilai hampir 15 miliar dollar AS. Wisatawan India juga meningkat tajam naik 28 persen dengan jumlah hampir 500.000 wisatawan di tahun 2017.
Joko Supriyono, Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), mengapresiasi lobi Presiden Jokowi untuk meminta penurunan tarif masuk sawit ke India. Berdasarkan data GAPKI, sampai empat bulan pertama 2018 ekspor sawit ke India tergerus 24% dari 2,37 juta ton di Januari-April 2017 menjadi 1,80 juta ton pada Januari-April 2018.
“Ini fenomena tidak lazim karena biasanya menjelang Ramadan pembelian minyak sawit oleh India naik. Berbeda dengan kuartal pertama tahun 2018. Kebijakan tarif impor tinggi oleh India memang menjadi penyebabnya,” kata Joko dalam kegiatan buka puasa bersama GAPKI dengan media, di Jakarta, Rabu (30 Mei 2018).
Pada November 2017, India menaikkan tarif impor menjadi 30 persen dari sebelumnya hanya 15 persen. Tarif dinaikkan lagi awal Maret 2018 menjadi 44 persen dan produk turunan naik 54%.
Sumber: Sawitindonesia.com