Masa depan energi atau bahan bakar nabati (biofuel) di Indonesia sangat potensial untuk digenjot secara masif. Selain ketersediaan bahan baku yang mencukupi, kajian teknologi dari hulu ke hilir juga sudah dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Sehingga tidak ada alasan lagi untuk mundur atau bahkan enggan memakainya.

Keberlanjutan lingkungan dan pengurangan emisi gas rumah kaca penyebab perubahan iklim perlu dicermati. Sehingga biofuel yang di dalamnya terdapat biodiesel menjadi mandatori untuk segera diterapkan secara masif karena emisinya tidak seburuk energi dari fosil.

Deputi Bidang Teknologi Informasi Energi dan Material BPPT, Eniya Listyani Dewi, mengatakan, biodiesel merupakan senyawa ester yang dapat dijadikan bahan bakar yang renewable dan berasal dari minyak nabati.

“Peluang biodiesel menjadi bahan bakarenergi baru terbarukan(EBT) sangat baik karena memiliki banyak keunggulan,” katanya di Jakarta, Minggu (29/7).

Selain terbarukan, lanjutnya, biodiesel memiliki angka setana atau ukuran yang menunjukkan kualitas dari bahan bakar untuk diesel yang tinggi, emisi gas buang yang lebih baik dan sifat pelumasan engine yang baik. Saat ini pun pemerintah kembali mendorong pemakaian B20, untuk mengurangi bahan bakar fosil.

Bahan Bakar Nabati Eniya menjelaskan, bahan bakar B20 merupakan campuran bahan bakar 20% biodiesel dan 80% petroleum diesel (solar). Biofuel adalah bahan bakar nabati yang bisa berasal dari biomassa kelapa sawit.

Hanya saja saat ini, B20 yang sudah didorong pemakaiannya di seluruh sektor temyata tidak berjalan sesuai rencana.

Padahal penggunaan biodisel ini, kata Eniya, akan sangat membantu petani kelapa sawit Apalagi peluangnya sangat besar untuk menggantikan subsidi dengan bahan baku yang kita punyai.

Sementara itu, BPPT telah mengembangkan dan mengaplikasikan baik teknologi produksi dan handling biodiesel maupun teknologi pengujian karakteristik biodiesel sebagai bahan bakar untuk peningkatan standar dan kualitas sebagai bahan bakar serta pengujian bahan bakar ke mesin kendaraan.

“Teknologi tersebut mempunyai keunggulan dalam kemudahan aplikasinya serta telah diaplikasikan ke industri untuk mendorong pemanfaatan biodiesel sebagai bahan bakar substitusi bahan bakar fosil,” ucapnya.

Hanya saja ada kendala yang ditemui, seperti pemahaman yang kurang terhadap karakteristik biodiesel sehingga dalam handling biodiesel maupun B20 masih belum baik. Ini dapat mengakibatkan kualitas biodiesel turun.

BPPT, tambahnya, akan terus mendukung dan mendorong pemanfaatan biodiesel sebagai EBT dengan kajian karakteristik biodiesel sebagai bahan bakar. Selain itu, mereka juga melakukan kajian metoda dan pengujian biodiesel sebagai bahan bakar untuk peningkatan kualitas dan standar biodiesel sebagai bahan bakar, kajian teknologi produksi biodiesel yang lebih baik, kajian handling biodiesel dan kajian engine untuk penggunaan bahan bakar dengan persentase biodiesel yang tinggi.

 

Sumber: Suara Pembaruan