Implementasi bauran biodiesel dalam kebijakan B30 dinilai dapat memainkan peran sebagai bantalan jika harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) terus turun.
DBS Group Research dalam penelitian terbarunya berjudul Indonesia Biodiesel: A Game Changer menyatakan bahwa program B30 bisa mencegah harga CPO turun ke level di bawah US$450 per ton. Jika menyentuh harga tersebut, sektor hulu industri berpotensi menghadapi kesulitan.
Potensi tambahan serapan CPO lewat program B30 dan B50 diperkirakan mencapai 15 juta ton setiap tahunnya. Jumlah ini dinilai signifikan dan dapat meningkatkan total permintaan global sebesar 25% di atas pangsa pasar saat ini yang berkisar di angka 60 juta ton per tahun.
“Bersamaan dengan itu, stok global hingga penggunaan dapat meningkat secara signifikan sehingga harga CPO dapat terangkat,” demikian disampaikan DBS Group seperti dikutip Bisnis, Rabu (16/10/2019).
DBS Group menyebutkan harga CPO yang lebih tinggi dapat menjadi katalis yang dibutuhkan untuk industri. Dengan harga yang stabil pada US$500 per ton selama 9 bulan, dampak negatif dari harga rendah tecermin dalam laporan keuangan per kuartal yang kurang baik.
“Urgensi untuk mendorong harga CPO melalui mandat biodiesel yang baru juga tak lepas dari kondisi nilai ekspor dan neraca perdagangan Indonesia yang turut dipengaruhi oleh harga CPO,” sambung laporan tersebut.
Selain memacu permintaan dalam negeri, program biodiesel diharapkan dapat menjadi pemisah harga CPO dan soybean oil (SBO). Jika dilihat secara historis, harga SBO kerap menjadi penentu batas tertinggi harga CPO dan dapat disimpulkan bahwa harga CPO dapat membaik jika rentang harga ke SBO menyempit menjadi kurang dari US$100 per ton.
Meski rencana percepatan mandatori biodiesel terlihat menjanjikan, DBS Group menilai Indonesia perlu memperhatikan sejumlah tantangan yang mungkin terjadi. Salah satu tantangan ini adalah potensi kenaikan harga pangan yang dipicu kekurangan pasokan CPO akibat harga yang lebih kuat.
“Kebutuhan CPO kita mungkin akan meningkat. Kondisi ini bisa mendorong kenaikan harga dan membuat CPO tak lagi atraktif. Hal ini bisa terjadi jika harga CPO bertahan di kisaran US$700 per ton dalam jangka waktu yang lama,” tulis DBS.
Stabilisasi harga melalui peningkatan produksi pun dinilai bakal sulit meningkat ekstensifikasi lahan sawit yang terbatas dan realisasi peremajaan yang terkesan lambat. Selain itu, harga CPO yang meningkat diperkirakan bakal membuat subsidi untuk biodiesel membengkak demi menjamin daya beli konsumen.
Tantangan permintaan lainnya adalah apakah konsumen bahan bakar di Indonesia, baik pemain industri atau pemilik mobil pribadi, telah siap untuk menggunakan biodiesel dengan campuran CPO yang lebih tinggi untuk menjalankan mesin kendaraan mereka. Pengemudi mungkin dapat menerima program biodiesel tersebut, tetapi mobil mereka mungkin tidak.
Teknologi mesin mobil di Indonesia dirancang untuk menggunakan bahan bakar berbasis minyak, dan CPO memiliki karakteristik yang berbeda, terutama karena fakta bahwa CPO memiliki tingkat keasaman dan sensitivitas yang lebih tinggi pada suhu yang rendah .
Pemantauan terhadap uji jalan biodiesel juga merupakan faktor yang krusial. Sejauh ini, deretan mobil produksi massal yang diuji dengan biodiesel menunjukkan kemajuan yang terlihat menjanjikan tanpa kerusakan besar atau penurunan kinerja mesin untuk biodiesel B30.
Sumber: Bisnis.com