Menjaga pasar minyak sawit yang sudah ada, serta membuka berbagai peluang terciptanya pasar baru, juga menjadi kunci keberhasilan bagi minyak sawit Indonesia. Berbagai potensi terciptanya pasar, tentu saja demi kesejahteraan petani sehingga perlu dukungan promosi minyak sawit kepada pasar global, sekaligus dukungan kuat dari Pemerintah Indonesia.
Sebab itu, dibutuhkan strategi jitu dan dukungan bersama untuk menghasilkan minyak sawit berkelanjutan, guna mendorong pertumbuhan konsumsi pasar global. Alhasil, bila memiliki kemampuan mempertahankan pengelolaan secara berkelanjutan, maka ketika harga CPO global jatuh, masih dapat bertahan dari tingginya hasil panen yang didapat atau adanya peluang dari terbukanya pasar baru.
Dari catatan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, produksi CPO Indonesia pada 2018 lalu mencapai 40,23 juta ton dengan nilai mencapai US$ 24,1 miliar. Sementara sampai April 2019, produksi miyak sawit Indonesia mencapai 13,2 juta ton dengan nilai sekitar US$ 5,87 miliar.
Kendati nilai ekspor minyak sawit 2018 lalu tercatat menurun dari tahun 2017, harapannya kata Deputi Menko Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian, Musdhalifah Machmud, volume dan nilai ekspor produk kelapa sawit Indonesia tahun 2019, diharapkan akan lebih dibandingkan tahun 2018.
Apalagi selama ini ekspor produk minyak sawit Indonesia masih didominasi tiga produk hilir yakni Refined Palm Oil kemasan lebih dari 20 kg, Refined Bleach Deodorize (RBD) palm oil dan Fatty acid. Dimana sampai April 2019 lalu komposisi ekspor minyak sawit nasional sebanyak 8,056 juta ton berupa produk hilir, sementara sisanya adalah CPO, CPKO, Tankos dan Cangkang, TBS dan Bungkil, serta Biodiesel.
Sumber: Infosawit.com