JAKARTA Gabungan Pengusaha Kelapa sawit Indonesia (Gapki) memperkirakan ekspor minyak sawit nasional hingga akhir tahun ini hanya 30,57 juta ton atau turun 5% dari realisasi 2017 yang sebesar 32,18 juta ton.

Penerapan hambatan perdagangan (trade barrier) oleh sejumlah negara tujuan ekspor dan terjadinya perang dagang Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok telah menurunkan permintaan komoditas perkebunan tersebut.

Perkiraan tersebut sekaligus mengoreksi prediksi awal tahun Gapki yang optimistis ekspor minyak sawit nasional tahun ini bisa naik 10%. Tren penurunan ekspor sebenarnya telah terjadi sejak awal 2018.

Sepanjang Januari-April 2018 misalnya, ekspor minyak sawit (crude palm oil/CPO, lauric oil, oleokimia, dan biodiesel) terpangkas sekitar 4%, yakni dari 10,70 juta ton pada Januari-April 2017 menjadi 10,23 juta ton pada periode sama 2018.

Lalu, pada semester I-2018, ekspor minyak sawit Indonesia (CPO, palm kernel oil PKO. dan turunannya termasuk oleokimia dan biodiesel) juga hanya mencapai 15,30 juta ton atau turun 2% dari periode sama 2017 yang mampu mencapai 15,62 juta ton. Padahal, dalam data yang diolah Gapki, ekspor sepanjang 2017 naik cukup signifikan dibanding 2016, yakni dari 25,11 juta ton pada 2016 menjadi 32,18 juta pada 2017.

Turun

Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono menuturkan, ekspor minyak sawit ke Uni Eropa (UE) tahun ini akan turun 3% sebagai dampak kebijakan EU Directive II. Pun, ekspor ke India akan anjlok sekitar 30% dengan asumsi dikenakannya bea masuk tinggi ke negara itu. Ekspor ke AS juga akan terpangkas 4% sebagai akibat perang dagang dengan Tiongkok sehingga mereka memiliki banyak kedelai di dalam negeri.

“Dengan kondisi sekarang ini, seperti perang dagang antara AS dengan Tiongkok, serta trade barrier di beberapa negara, diperkirakan total ekspor sawit turun 5% pada 2018 dari 2017,” kata dia.

 

Sumber: Suara Pembaruan