InfoSAWIT, JAKARTA – Selama periode Januari-April 2021, ekspor minyak sawit Malaysia ke China tercatat turun sekitar 292.735 ton atau melorot 42,8% menjadi sekitar 390,378 ton. Merujuk laporan yang ditulis Lim Teck Chaii dari Malaysian Palm Oil Council (MPOC), salah satu penyebab penurunan impor minyak sawit Malaysia oleh China adalah revisi pungutan ekspor dan Bea Keluar (BK) CPO Indonesia.
Pada awal tahun 2021, kebijakan pungutan ekspor dan Bea Keluar (CPO) Indonesia tercatat meningkat, dengan pungutan tertinggi untuk BK mencapai US$ 116/ton dan Pungutan Ekspor tertinggi mencapai US$ 255/ton.
“Kenaikan pungutan ekspor dan Bea Keluar, telah meningkatkan daya saing CPO Indonesia dalam ekspor produk minyak sawit olahan dibandingkan dengan Malaysia,” catat Lim Teck Chaii dikutip InfoSAWIT dari laman resmi MPOC.
Sementara merujuk laporan lembaga Administrasi Umum Kepabeanan China menunjukkan bahwa ekspor minyak sawit Indonesia ke China daratan meningkat dari 556.600 ton menjadi 1.157.200 ton untuk periode Januari hingga Maret 2021.
Berbanding terbalik dengan ekspor Malaysia yang turun sekitar 265.800 to menjadi hanya sebanyak 315.800 ton untuk periode yang sama. Sementara itu, total impor minyak sawit China untuk Januari-Maret 2021 meningkat 290.300 ton menjadi sejumlah 1.478.700 ton.
Sementara untuk produk turunan minyak sawit seperti, RBD Palm Olein, RBD Palm Stearin, dan Crude Palm stearin adalah jenis utama minyak sawit yang diekspor dengan porsi 89,9% dari total ekspor. Pangsa ini 4,7% lebih rendah dari 94,6% pada periode yang sama tahun lalu. Terjadi penurunan impor Crude Palm stearin sebesar 32,4% atau setara 29.804 ton menjadi 62.119 ton. Sedangkan impor RBD PS turun 49,5% atau setara 82.121 ton menjadi 83.770 ton. (T2)
Sumber: Infosawit.com