JAKARTA – Ekspor minyak sawit nasional pada Oktober 2020 mencapai US$ 2,07 miliar, atau naik 10,74% dari September 2020 yang hanya US$ 1,87 miliar. Selain permintaan yang meningkat dari sejumlah negara tujuan ekspor, seperti India, Ameri-ka Serikat (AS), dan Pakistan, lonjakan harga komoditas perkebunan tersebut di pasar internasional juga memicu kenaikan ekspor minyak sawit pada Oktober 2020.
Dalam catatan Gabungan Pen-gusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), ekspor produk minyak sawit Oktober 2020 mencapai 3,03 juta ton atau naik 9,55% dari September 2020 yang sebesar 2,76 juta ton. Kenaikan tinggi sebesar 10,70% terjadi pada produk olahan minyak sawit menjadi 1,96 juta ton dari 1,77 juta ton pada September dan produk oleokimia yang naik 30,30% menjadi 408 ribu ton dari 313 ribu ton pada September. Sementara itu, sampai dengan Oktober 2020, volume ekspor masih lebih rendah 10,80% dari 2019, tetapi secara nilai lebih tinggi 14,80% yang disebabkan naiknya harga rata-rata bulanan sampai Oktober 2020 yang mencapai US$ 676 per ton dari 2019 yang hanya US$ 535 per ton (CIF Rotterdam).
Berdasarkan negara tujuan, kenaikan ekspor tertinggi terjadi untuk tujuan India yang meningkat 36,86%, yakni dari 351.950 ton pada September menjadi 481.690 ton pada Oktober 2020. Lalu, diikuti dengan ke AS yang naik 41,68% atau setara 44.310 ton menjadi 150.630 ton, ekspor ke Uni Eropa (UE) naik 10,57% atau setara 38.090 ton, ke Pakistan naik 19,35% atau setara 33.680 ton, ke Timur Tengah naik 14,53% atau setara 22.910 ton, dan ke Tiongkok juga naik tipis 0,62% atau hanya setara 4.020 ton. Sedangkan ekspor minyak sawit ke Bangladesh pada Oktober 2020 turun 1.130 ton (-1,31%) dan ke Afrika juga turun 51.170 ton (-17,95%). “Secara umum, kami sampaikan bahwa pasar minyak sawit do-mestik dan ekspor terus men-guat,” kata Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono di Ja- karta,Selasa (15/12).
Untuk produksi minyak sawit nasional, pada Januari 2020 mencapai 3,81 juta ton, pada Februari 3,61 juta ton, Maret 3,58 juta ton, April 4,04 juta ton, Mei 3,97 juta ton, Juni 4,51 juta ton, Juli 4,23 juta ton, Agustus 4,81 juta ton, September 5,19 juta ton, dan Oktober 2020 sebesar 5,24 juta ton. Khusus produksi minyak sawit mentah {crude palm oil/CVO) pada Oktober 2020 sebesar 4,77 juta ton atau lebih tinggi 0,90% dari September. Namun demikian, sampai Oktober (year on year/ yoy), produksi 2020 lebih rendah 2,30% dari 2019, meski masih negatif tapi defisit yoy sampai dengan Oktober menunjukkan perbaikan yang konsisten.
Sedangkan dari sisi konsumsi dalam negeri secara total pada Oktober 2020 mencapai 1,48 juta ton atau naik 2% dari September. Kenaikan konsumsi untuk industri pangan sebesar 3,70% menjadi 692 ribu ton, konsumsi biodiesel Oktober 599 ribu ton atau lebih rendah 4,90% dari September yang mungkin disebabkan turunnya mobili-tas penduduk sebagai dampak pandemi Covid-19 belum pulih. Konsumsi pangan pada Oktober 667 ribu ton, secara konsisten naik sejak Juni meski belum sama dengan sebelum pandemi pada Februari 2020 yang masih sebesar 786 ribu ton. Konsumsi oleokimia 181 ribu ton atau 22,50% lebih tinggi dari September. “Tren ekspor, konsumsi domestik, dan harga yang juga terus naik akan meningkatkan peran industri minyak sawit dalam perkonomian negara dan pendapatan pekebun,” kata Mukti.
Kinerja Baik
Sementara, analis komoditas dari LMC International Ltd Inggris James Fry mengata-kan, kinerja produksi minyak sawit tahun ini yang rendah di negara-negara produsen bukan karena dampak musim kemarau panjang satu atau dua tahun sebelummya tapi juga dampak dari pemeliharaan kebun yang kurang baik akibat penggunaan pupuk berkualitas rendah beberapa tahun lalu. “Perkiraan akan dampak Covid-19 di tahun ini terhadap industri Kelapa Sawit juga tidak sesuai,” jelas James Fry.
Fry menuturkan, sepanjang 2020 berbagai industri terkontraksi sebagai dampak pandemi tapi secara umum kinerja industri sawit cukup baik meski mengalami penurunan volume ekspor akibat penerapan lock-down di beberapa negara tujuan, termasuk dua pasar utama yaitu Tiongkok dan India. “Memasuki kuartal III-2020 tren permintaan ekspor sawit berangsur pulih. Pada bulan-bulan terakhir 2020, harga minyak sawit meroket tinggi bahkan menjadi harga tertinggi yang dimiliki minyak sawit enam tahun terakhir,” ungkap dia.
Analis komoditas dari Godrej International Dorab Mistry sebelumnya mengatakan, produksi minyak sawit Indonesia tahun ini hanya 1 juta ton lebih tinggi dari 2019. Rendahnya suplai ini menyebabkan tingginya harga minyak sawit di pasar global. “Proyeksi tahun 2021 kami perkirakan produksi 20 juta ton dari Malaysia dan 50 juta ton dari Indonesia, atau secara global produksi minyak sawit meningkat total 4 juta ton dari 2020,” kata Dorab. Permintaan pasar akan kembali normal seiring dengan pemulihan ekonomi yang terjadi paska Covid-19 ter-utama di negara Tiongkok dan India pada 2021.
Sumber: Investor Daily Indonesia