Bisnis, JAKARTA – Ekspor sawit Indonesia hingga akhir tahun ditaksir sanggup menembus US$20 miliar.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha kelapa sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono memaparkan nilai ekspor sawit semester 1/2020 mencapai US$10,06 miliar, naik 6,4% secara year-on-year {yoy).
“Nilai ekspor bisa menembus US$20 miliar sampai dengan akhir tahun ini. Tahun lalu, total nilai ekspor sawit
mencapai US$20,2 miliar,” ujarnya, Rabu (12/8).
Meski naik secara nilai, ekspor sawit dan produk turunannya justru terkoreksi 11% yoy secara volume. Gapki mencatat volume ekspor sawit sepanjang paruh pertama 2020 hanya 15,5 juta ton, turun dari 17,5 juta ton pada periode yang sama tahun lalu.
“Market utama seperti Eropa, India, dan China awal tahun sudah memberlakukan lockdown. Jadi, permintaan global mengalami pelemahan signifikan dan ini pengaruhnya ke kinerja ekspor,” sebut Joko.
Pada semester 11/2020, lanjutnya, faktor rendahnya harga minyak mentah bakal memengaruhi permintaan biodiesel atau bergesernya pola konsumsi imbas dari pembatasan sosial.
“Recovery pasti terjadi, tetapi seberapa cepat tidak bisa dipastikan. Namun, saya yakin pasar ekspor bisa tetap improve,” terangnya.
Selain itu, ekspor produk turunan sawit berupa oleokimia juga mencatatkan kenaikan yang signifikan. Sepanjang Januari-Juni, ekspor oleokimia naik 24,4% didorong oleh meningkatnya kebutuhan produk sanitasi seperti disinfektan dan cairan pembersih tangan.
Ketua Asosiasi Produsen Oleokimia Indonesia (Apolin) Rapolo Hutabarat juga optimistis masih ada harapan untuk mengatrol ekspor produk turunan sawit pada semester 11/2020. “Kami perkirakan ekspor produk oleokimia mencapai 3,7 juta ton dengan nilai US$2,6 miliar. Kinerja yang terjaga ini tak lepas dari kemudahan operasional yang diberikan pemerintah selama pandemi,” katanya.
Sekadar catatan, sepanjang semester 1/2020, produksi sawit nasional mencapai 23,5 juta ton. Angka ini lebih rendah dari semester 1/2019 sebanyak 25,8 juta ton.
Sumber: Bisnis Indonesia