MATA INDONESIA, JAKARTA-Ekspor sawit tahun ini meningkat seiring dengan adanya vaksin. Hal itu diungkapkan oleh Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Joko Supriyono.

Menurutnya, peningkatan permintaan tahun ini bergantung pada program vaksinasi yang sedang berjalan.

Di sisi lain, meningkatkatnya permintaan pasar global karena sejumlah negara terpaksa membuka kembali pembatasana karena pertimbangan ekonomi.

“Kami perkirakan ekspor sawit tahun ini meningkat 10,29 persen dari tahun lalu atau mencapai 37,5 juta ton,” kata Joko dalam diskusi virtual memperingati 40 tahun Gapki berkarya di Tanah Air.

Joko mengakui realisasi ekspor minyak sawit tahun ini tidak lebih tinggi dari beberapa tahun sebelumnya. Tahun ini, ekspor minyak sawit mentah diproyeksikan mencapai sebesar 7,5 juta ton, tumbuh 4,6 persen dibanding tahun lalu (yoy).

Ekspor olahan crude palm oil (CPO) diperkirakan sebesar 24 juta ton atau tumbuh 13,7 persen, sedangkan laurik mencapai 1,8 juta ton atau turun 1,7 persen dan oleokimia sebesar 4,2 juta ton.

“Jika (program) vaksinasi cepat selesai, maka pasar akan cepat recovery sehingga demand segera pulih,” katanya

Joko mengatakan, ekspor sawit RI sepanjang tahun lalu didominasi berbagai produk hilir. Volume ekspor minyak sawit Indonesia pada 2020 sebesar 34,0 juta ton, lebih rendah dibandingkan performa pada 2019 sebesar 37,39 juta ton. Namun, nilai ekspor dari CPO tahun lalu kalah dari volume ekspor produk hilir.

“Volume ekspor untuk CPO hanya 7,1 juta ton. Produk-produk hilir mendominasi,” tutur Joko.

Ada pun ekspor terbanyak produk sawit tahun lalu dalam bentuk CPO diproses (diolah). Ada yang diolah lebih lanjut dalam bentuk oleochemicals. “Sub sektor sawit menyumbang ke PDB sebesar 22,97 miliar dollar AS,” katanya.

Sumber: Minews.id