Penurunan harga minyak sawit mentah atau crudepalm oil(CPO) menggerus laba bersih emiten CPO. Kinerja emiten perkebunan diramal sulit bangkit lantaran terjegal pelemahan harga CPO yang rendah.

PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SMP) misalnya. Kuartal 1-2019 lalu, emiten ini mencetak kerugian Rp 31,26 miliar. Sementara laba bersih PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) turun 76,63% secara tahunan menjadi Rp 3,58 miliar.

Untuk menyiasati lesunya harga CPO, emiten-emiten di sektor ini sudah merancang strategi demi menjaga kinerja. Head of Investor Relations SGRO Michael Kesuma mengatakan, perusahaannya mendorong produksi dengan menerapkan best management practices.

SGRO menjalankan teknik agronomis dengan biaya yang efektif dan menggunakan sumber-sumber produksi secara efisien. “Jadi, tingkat profitabilitas dapat dioptimalkan dengan kondisi hargajual yang belum maksimal,” ungkap Michael, Kamis (13/6).

Tahun ini, SGRO menargetkan pertumbuhan produksi CPO 5%-10% dibanding tahun lalu. Sementara di akhir 2018, produksinya 399.411 ton CPO. Per kuartal I-2019, volume produksi CPO mencapai 77.281 ton, meningkat 17% secara tahunan.

Fokus Hilirisasi

Tak mau kalah, PT Mahkota Group Tbk (MGRO) juga bakal menggenjot produksinya. Emiten ini mematok target produksi mencapai 203.308 ton di tahun ini. Sementara itu, per April 2019, MGRO sudah menghasilkan 59.044 ton CPO, atau sekitar 29% dari target setahun.

Untuk mencapai target tersebut, MGRO akan fokus ke hilirisasi dengan memanfaatkan pabrik refinery baru. “Proses pembangunan pabrik sampai saat ini sudah mencapai 70%. Diperkirakan pabrik baru sudah bisa beroperasi di Agustus 2019,” kata Sekretaris Perusahaan MGRO EM, Kamis (13/6).

Tahun ini, MGRO mengalokasikan belanja modal Rp 200 miliar untuk hilirisasi pabrik refinery dan crushing plant yang memiliki kapasitas produksi minyak goreng 1.500 ton per hari. Lini produksi kernel crushing akan menghasilkan minyak inti sawit sebanyak 400 ton per hari.

Analis Mirae Asset Sekuritas Andy Wibowo Gunawan memprediksi, harga CPO global pekan ini masih berisiko mengalami penurunan. Ia memprediksi produksi minyak sawit mentah Malaysia bulan April 2019 akan lebih tinggi dari bulan sebelumnya. Oleh karena itu, ia tidak merekomendasikan saham apapun dalam sektor CPO.

Di sisi lain, Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, investor bisa maintain buy saham AALI dan LSIP.

 

Sumber: Harian Kontan