JAKARTA – Emiten sektor perkebunan optimistis menghadapi semester II/2017 seiring dengan periode puncak produksi tanaman sawit dan potensi stabilnya harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).

Optimisme tersebut disampaikan oleh empat perusahaan kebun yang telah mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia, yakni PT PP London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP), PT Salim Ivomas Pratama Tbk. (SIMP), PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI), dan PT Sampoerna Agro Tbk. (SGRO).

Benny Tjoeng, Presiden Direktur PP London Sumatra Indonesia, menuturkan bahwa produksi tandan buah segar LSIP naik 19,7% menjadi 585.576 ton sepanjang semester 1/2017. Kendati begitu, perseroan milik Grup Salim ini pasang target konservatif pertumbuhan produksi 10% sepanjang tahun ini.

Dari sisi harga, Benny berharap permintaan dari negara importir utama China, India, dan Pakistan dapat terjaga. Adapun permintaan di dalam negeri terkerek oleh bergulirnya program biodiesel B20 yang merupakan mandatori pemerintah.

Tren harga CPO kurang lebih seperti sekarang ini, stabil. Kecuali ada perkembangan yang ekstrem,” kata Benny di Gedung BEI, Rabu (9/8).

Senada, Direktur Salim Ivomas Pratama Johnny Ponto menyebut bahwa perseroan pasang target kenaikan produksi CPO sebesar 10% pada tahun ini.

Presiden Direktur Astra Agro Lestari Santoso mengatakan, siklus panen kebun sawit memasuki puncak pada akhir kuartal III/2017 hingga awal kuartal IV/201 7. Dengan proyeksi kenaikan produksi tersebut, inventory pun ikut meningkat.

“Harga kemungkinan tidak terlalu liar seperti tahun lalu. Memang sempat ada penurunan dibandingkan dengan posisi Februari dan Maret. Kami cukup comfortable dengan harga yang stabil seperti posisi kuartal 11/2017,” paparnya.

Sepanjang semester 1/2017, rerata harga jual CPO Rotterdam berada pada level US$734 per ton. Adapun rerata harga jual CPO yang diproduksi AALI sebesar Rp8.536 per kg.

Joko Supriyono, Wakil Presiden Direktur Astra Agro Lestari, menambahkan perseroan bakal mempertahankan pertumbuhan produksi CPO sekitar 10% sejalan dengan realisasi pada Januari-Juni 2017 yang tumbuh 13,7% menjadi 762.000 ton. AALI membidik produksi CPO 1,7 juta ton sepanjang tahun ini.

REPLANTING

Strategi yang dilakukan adalah melakukan replanting secara bertahap sekitar 3.000-5.000 hektare per tahun sehingga areal tanaman belum menghasilkan terjaga pada level 30.000 hektare untuk cadangan pertumbuhan produksi.

“Harapannya harga CPO masih stabil di atas harga Rp8.500 per kg, tetapi semester 11/2017 ada faktor produksi naik, inventory naik, secara natural ada koreksi harga sedikit,” imbuhnya.

Budi Setiawan Halim, Direktur Keuangan Sampoerna Agro, mengatakan hasil produksi pada semester 11/2017 relatif Iebih tinggi dari semester 1/2017 dengan estimasi perbandingan 5545. Sepanjang Januari-Juni 2017, produksi TBS SGRO naik 44% dari 453.677 ton menjadi 652.185 ton.

“Overall, kami optimistis produksi semester n/2017 lebih baik dari semester 1/201 7. Jadi sepanjang 2017 produksi tumbuh 15%-20% dibandingkan dengan tahun lalu,” ucapnya.

Christian Saortua, analis Minna Padi Investama, mengatakan bahwa produksi sawit diproyeksikan meningkat pada semester II/2017. Akibatnya, dikhawatirkan terjadi penurunan harga akibat bertambahnya pasokan ke pasar global.

“Masih ada risiko koreksi harga CPO walaupun semester 1/2017 harga CPO juga jauh lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu. Kalau dari sisi produksi positif karena produksi sawit sangat dipengaruhi cuaca yang baru beralih dari musim kering dan El Nino,” tuturnya ketika dihubungi Bisnis, Kamis (10/8).

Di antara emiten perkebunan sawit, Christian memilih saham PT Tunas Baru Lampung Tbk. (TBLA) dan PT Sampoerna Agro Tbk. (SGRO). TBLA, lanjutnya, memiliki potensi dari bisnis tebu dan gula.

Ana Noviani

Sumber : Bisnis Indonesia