Uni Eropa berjanji akan memperluas komunikasi berkaitan Renewable Energy Directive (RED) II terutama dengan petani sawit. Hal ini bertujuan supaya petani tidak terkena dampak negatif pemberlakuan aturan ini.

Hal ini diungkapkan dalam pertemuan antara DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) dengan Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei, di Jakarta, Selasa (23 Juli 2019). Adalah Michael Bucki Climate Change & Environment Counsellor dan Charles-Michel Geurts, Deputy Head of Delegation yang menjadi perwakilan Delegasi.

Sementara itu, pengurus pusat APKASINDO yang ikut pertemuan ini antara lain Mayjen. TNI (Purn) Erro Kusnara selaku Dewan Pembina DPP APKASINDO, Gulat Manurung (Ketua Umum), Rino Afrino (Sekjen), Djono Albar Burhan (Pengurus DPP APKASINDO), Nesto Rico Tambunan (Pengurus DPP APKASINDO), dan Victor Jonathan (Pengurus DPP APKASINDO).

Tercatat, ada beberapa poin penting dalam pertemuan ini sehingga bisa meningkatkan komunikasi dan melibatkan delegasi aktif antara petani sawit Indonesia yang diwakili oleh APKASINDO dengan Eropa dalam diskusi mengenai isu RED II.

Michael Bucki mengatakan bahwa Uni Eropa memahami dampak positif perkebunan dawit bagi perekonomian Indonesia. Selama ini, perkebunan sawit juga berperan mengentaskan kemiskinan dan menjaga kehidupan sosial. Itu sebabnya, Eropa memberikan perhatian khusus bagi petani sawit.

Dalam hal ini, dijelaskan Michael, Eropa sangat berharap dapat bekerjasama dengan petani sawit seperti APKASINDO supaya pelaksanaan aturan RED II tidak merugikan petani sawit Indonesia dan meningkatkan transparansi. Saat ini, Uni Eropa memiliki dua studi yaitu TRUST dan Value Chain for Agriculture and Development. Sebagai informasi, TRUST adalah penelitian mengenai kinerja perkebunan sawit kebun sawit mengenai apakah kebun sawit ini telah dikelola kebunnya secara berkelanjutan dan petani mendapatkan pelatihan mengenai tata kelola sawit yang sustainable.

Gulat ME Manurung, Ketua Umum DPP APKASINDO menyebutkan lebih dari 24 juta keluarga petani bergantung kepada sawit. Di sisi lain, RED II juga membuat harga bergejolak sehingga menekan harga buah sawit petani.

“Walaupun demikian, isu RED II juga mendorong petani sawit supaya lebih inovatif, Salah satunya mempunyai rencana pengembangan sawit menjadi minyak goreng,”ujarnya.

Mayjen.TNI (Purn) Erro Kusnara mengingatkan Eropa bahwa sawit menjadi komoditas utama Indonesia dan jutaan petani serta keluarganya bergantung kepada sawit. Ia meminta Eropa tidak menyampaikan informasi negatif mengenai sawit karena secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap harga TBS petani.

“Kita harus menghargai usaha pemerintah sekarang ini yang ingin menjaga stabilitas harga TBS dan pendapatan petani sawit,” tegas Erro.

Michael menjelaskan bahwa perwakilan delegasi Eropa sangat terbuka untuk bekerjasama dengan APKASINDO dalam melaksanakan RED II ini agar tidak merugikan petani sawit indonesia dan meningkatkan transparansi.

Sebelum pertemuan usai, Gulat mengundang Michael Bucki dan Charles-Michel Geurts untuk menghadiri groundbreaking peletakan batu pertama pabrik kelapa sawit pertama yang dimiliki oleh petani sawit, pada 5 Agustus 2019 di Kalimantan Selatan.

 

Sumber: Sawitindonesia.com