Kementerian Kesehatan RI diminta mengevaluasi lagi flyer mengenai pengendalian penyakit hipertensi. Dalam flyer tersebut menampilkan informasi supaya minyak sawit digantikan dengan minyak zaitun, minyak olive, minyak lobak, dan minyak sunflower. Karena minyak sawit dituding pemicu hipertensi.

Saat dikonfirmasi kepada Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, dr Anung Sugihantono, M.Kes, mengatakan tidak paham dengan bahan flyer tersebut.

“Silakan konfirmasi Ibu Cut Putri Ariani (red- Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular),” ujar Anung singkat.

Joko Supriyono, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menyayangkan flyer yang dibuat Kementerian Kesehatan mengenai pengendalian penyakit hipertensi. Apalagi dicantumkan supaya minyak sawit diganti minyak nabati lain seperti olive , zaitun, dan sunflower.

“Di satu sisi, kita melawan kampanye hitam di luar negeri. Tapi disayangkan di dalam negeri, Kementerian Kesehatan membuat informasi ini,” ujar Joko.

Senada dengan Joko Supriyono. Gulat Manurung, Ketua Umum DPP APKASINDO, menegaskan flyer tersebut sangat menyesatkan apalagi selevel Kementerian Kesehatan bisa mengeluarkan rekomendasi yang bertentangan dengan kebijakan Presiden Jokowi mengenai optimalisasi pemanfaatan CPO Indonesia.

“Segala daya upaya telah dilakukan untuk meningkatkan serapan CPO termasuk kampanye positif sawit di luar negeri dan sosialisasi dari kampus ke kampus.

dr. Cut Putri Arianie, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI, mengatakan flyer yang dibuat seperti edukasi untuk memberikan pilihan bagi masyarakat. “Sama masalahnya seperti rokok dari aspek kesehatan disebutkan rokok berbahaya bagi kesehatan. Itu pilihan bagi masyarakat. Yang penting mereka sudah paham,” ujarnya.

Sekretaris Eksekutif SEAFAST Center LPPM IPB, Dr. Puspo Edi Giriwono, mengatakan informasi yang dibuat Kementerian Kesehatan mengenai minyak goreng sawit tidak tepat. Secara singkat kurang cocok dengan pola memasak kita karena seringnya minyak nabati untuk menggoreng di Indonesia.

“Justru berbahaya jika menggunakan minyak nabati zaitun, kedelai dam yang yang tinggi akan lemak tidak jenuhnya untuk menggoreng, karena mudahnya teroksidasi, menghasilkan radikal bebas,” jelasnya

 

Sumber: Sawitindonesia.com