JAMBI – Operasional produksi dan pengolahan kelapa sawit di Provinsi Jambi sejauh ini tidak banyak terpengaruh dan bergerak stabil di tengah pemberlakuan physical distancing terkait Covid-19. “Industri sawit dan pergerakan harga tidak banyak terpengaruh Covid-19, sejauh ini belum ada laporan perusahaan dan kelompok yang terganggu produksinya. Secara umum perdagangan dan transaksi saat ini masih lancar,” kata Ketua Gabungan Pengusaha kelapa sawit Indonesia (Gapki) Cabang Jambi Tidar Bagaskara, kemarin.

Menurut dia, dalam proses jaga jarak dalam panen menurut dia tidak ada masalah karena para petugas panenkelapa sawittidak bergerombol, artinya secara social distancing masuk kategori. Pembatasan jarak masih terakomodir proses panen. Kemungkinan peningkatan sosialisasi phsycal distancing di perusahaan pengolahan yang perlu diingatkan terus kepada pekerja, namun itu semua sudah dilakukan sejak jauh hari terkait imbauan physical distancing itu. Dari sisi produksi di kebun, pabrik hingga pendistribusian melalui akses angkutan pelabuhan tidak ada kendala. “Aktivitas pemasokan CPO ke tangki timbun di Pelabuhan Talang Duku di Muarojambi tak ada hambatan, semuanya lancar seperti biasanya,” kata Tidar.

Selain itu, kata di seperti dilansir Antara, pihaknya juga belum menerima adanya laporan kebun, perusahaan dan pabrikkelapa sawityang menyampaikan kendala terkait dengan pandemi Covid-19.

Apalagi sampai penutupan PKS atau pabrikkelapa sawitmasih jauh dan sejauh ini sektor itu masih dalam kondisi normal. Terkait turun naik harga tandan buah segar (TBS) di lapanngan itu relatif dan merupakan dinamika selama ini terus bergulir menyesuaikan pasokan dan permintaan. “Harga TBS saat ini masih di kisaran Rp 1.400-1.600-an. Itu masih dalam kondisi pada petani kita masih baik untuk usaha sawit,” katanya.

Bahkan bila dibandingkan dengan tahun lalu, khususnya pada Agustus 2019, menurut Tidar Bagaskara untuk tahun 2020 ini akan jauh lebih baik. “Saya kira bila dibandingkan dengan 2019 lalu itu jauh lebih berat kondisinya untuk industri sawit, sedangkan untuk 2020 ini untuk sawit kemungkinan lebih baik,” katanya. Meski demikian, pandemi saat ini diakui ada peningkatan di biaya sosial, namun hal itu sudah harus dipersiapkan oleh perusahaan. “Pergerakan harga biasanya dari supply dan demand saja, namun demikian pada 2020 ini kami pantau terus agar pada puncak permintaan tidak terlalu melimpah sehingga tidak ada penurunan harga yang signifikan. Tapi secara umum sektor sawit masih sehat,” katanya.

PR Dapertement Head PTAstra Agro LestariTbk Tofan Mahdi menyebutkan sektor sawit masih optimistis, protokol ketat di kebun maupun pabrik masih berjalan normal. “Bila itu ada perlambatan dan harga turun naik memang iya, tapi supply-demand bersatu. Kalaupun terkoreksi tak akan seburuk 2019,” kata Tofan.

 

Sumber: Investor Daily Indonesia