Jakarta: Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) dan Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) akan mengalihkan sebanyak 20 persen pasar Uni Eropa ke negara-negara yang berpotensi menerima minyak sawit Indonesia. Hal itu menjadi penting dilakukan dalam rangka mengakselerasi bisnis kelapa sawit di masa mendatang.
“Solusinya dengan menggeser pasar Eropa 20 persen dan akan kita berikan pada pasar lain agar ketergantungan kita di Eropa menjadi rendah,” ujar Direktur Gapki Danang Girindrawardana, saat dihubungi Medcom.id, di Jakarta, seperti diberitakan Jumat, 16 Februari 2018.
Ia mengaku pihaknya optimistis di 2018 produk kelapa sawit Indonesia dapat terus meningkat. “Peningkatan ekspor kita berbanding lurus dengan jumlah produksi. Artinya produk kita tidak ada yang tidak terserap oleh pasar. Berapa pun yang kita produksi dapat terus menerus tanpa kekosongan,” ujar dia
Sumber: Gapki
Sementara itu, bedasarkan data Ina Palm & Lauric Oils Exports 2017, Uni Eropa menjadi pengimpor terbesar kedua dengan jumlah 5.025.68 ton dan pada 2016 sebanyak 2.746.69 ton. Angka itu menjadi peluang besar untuk negara pengimpor terbesar seperti India dengan jumlah 7.625.70 ton per 2017, dan tidak menutup kemungkinan pemerintah akan membuka pasar baru.
“Kita sudah memulai sejak Oktober 2017 untuk menggalang kerja sama dengan korporasi-korporasi negara lain dan itu sedang terjadi, seperti Rusia yang membeli dengan cukup besar dan akan terus bertumbuh,” ujarnya.
Sumber: Gapki
Sehubungan dengan itu, Apkasindo akan melakukan pemberhentian seluruh komponen ekspor sawit ke Eropa dengan catatan Uni Eropa tetap berpendirian melakukan pelarangan produk sawit Indonesia.
“Rekan-rekan dari asosiasi petani sawit menyampaikan apabila Eropa mau melarang kelapa sawit untuk biodiesel maka kami akan hentikan ekspor seluruh produk Crude Palm Oil (CPO) ke sana. Untuk apa hanya biodiesel,” tutup Danang.
Sumber: Metrotvnews.com