GABUNGAN Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) mengaku lega dengan merapatnya Kolombia ke Dewan Negara-negara Penghasil Minyak Sawit (Council of Palm Oil Producing Countries/CPOPC). Dengan begitu kekuatan untuk melawan kampanye hitam sawit semakin bertambah.

Direktur eksekutif GIMNI Sahat Sinaga mengatakan. Kolombia juga memiliki kebun sawit yang sangat luas, namun tidak dicap sebagai negara penggundul hutan (deforestation). Artinya, baik Indonesia maupun Malaysia terlalu mudah diacak-acak NGO.

“Itu mengapa kita harus bertindak. Terhadap negara lain. NGO nggak berani bertindak apa-apa, berarti di dalam negeri kita yang lemah. Itu yang dibahas di CPOPC semoga kedua negara membuat pernyataan. Karena di dalam pertemuan itu ada Kolombia juga,” ujarnya kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Dia bersyukur Kolombia menjadi anggota CPOPC. Keuntungan yang didapat adalah makin banyaknya suara perlawanan terhadap kampanye negatif NGO di Eropa dan Amerika Serikat. Selain itu. perlawanan juga makin menggema hampir di penjuru dunia.

“Permintaan sawit pun diprediksi akan berkembang. Saat ini, per tahunnya terjadi pertumbuhan permintaan sawit sebesar 5,5 persen di dunia,” katanya.

Sahat juga memprediksi dalam waktu cepat maupun lambat. Meskiko akan ikut bergabung. Pasalnya. Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto berkomitmen mengembangkan sawit untuk pengentasan kemiskinan.

“Thailand lagi proses untuk jadi anggota. Makin banyak industri, makin kuat dong. Jadi tidak bisa lagi dikatakan penghilangan hutan.

Sekretaris Jenderal Gabungan pengusaha kelapa sawit Indonesia (Gapki) Togar Sitanggang juga menganggap keanggotaan Kolombia di CPOPC hanya akan menambah kekuatan untuk melawan kampanye hitam. “Ini momentum untuk melawan kampanye hitam,” katanya.

Sebelumnya. Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian Musdhalifah Machmud mengatakan, setiap anggota CPOPC

memiliki anggaran sendiri untuk mengampanyekan sawit. Misalnya, Negeri Jiran menyediakan 23,4 juta ringgit tahun ini. naik \ 1 kali lipat dari anggaran tahun lalu 2 juta ringgit.

Indonesia menyiapkan anggaran kampanye yang berasal dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Selama semester 1-2018. dana yang terkumpul sudah mencapai Rp 6.4 triliun dari pungutan ekspor CPO dan produk turunannya.

Sekadar informasi. Malaysia secara resmi menjadi ketua CPOPC dimulai sejak 1 Januari 2019 untuk periode dua tahun. “Iya Malaysia akan menjadi ketua tahun depan, tetapi ini hanya jabatan yang didapat atas dasar penggiliran.” ujar Direktur Eksekutif CPOPC Mahendra Siregar.

Mahendrea mengatakan, tidak hanya melakukan pergantian ketua. CPOPC juga meresmikan Kolombia sebagai negara anggota ke-3. Kolombia akan banyak membantu Indonesia dalam menjalankan misi bersama, yakni mengembangkan industri sawit, peningkatan konsumsi negara anggota, dan melawan kampanye hitam.

 

Sumber: Rakyat Merdeka