JAKARTA. Kenaikan harga minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) di pertengahan 2020 diyakini akan berlanjut hingga akhir 2020. Namun, pelaku pasar tetap perlu mewaspadai potensi koreksi harga CPO.
Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono mengatakan, di awal tahun lalu, harga CPO sempat anjlok lantaran komoditas ini tertekan sentimen pasokan dan permintaan. Tekanan pada harga semakin parah akibat pandemi Covid-19.
“Untungnya, di pertengahan tahun harga CPO mulai rebound hingga sekarang, dari bottom di Mei 2020 di kisaran RM 1.983 per ton,” kata Wahyu. Jika dihitung dari level terendah pada 6 Mei lalu, maka harga CPO telah mence-
tak kenaikan sekitar 36,61%.
Harga CPO kontrak pengiriman Oktober 2020 kini berada di RM 2.709 per ton, Senin (10/8). Ini artinya secara year to date (ytd) harga CPO masih lebih rendah 2,55%.
Selain itu, kenaikan harga CPO dalam beberapa bulan terakhir juga didukung sentimen perbaikan ekonomi global. Sentimen ini muncul setelah beberapa negara di dunia melonggarkan kebijakan lockdown, yang berpotensi mendorong roda ekonomi.
Wahyu menambahkan, sentimen positif lainnya yang turut mendorong rebound harga minyak sawit mentah adalah harapan adanya vaksin Covid-19. Kebijakan stimulus yang diterapkan berbagai bank sentral dunia juga memompa harapan baru. “Stimulus besar tersebut mendorong bangkitnya tren harga komoditas, terutama minyak dan tembaga,” kata Wahyu.
Menurut Wahyu, intensitas hujan yang cukup lebat akan membuat pasokan CPO menjadi terbatas, sehingga mendorong kenaikan harga di Juli 2020 ke level tertinggi dalam lima bulan terakhir. Ini karena produksi di Indonesia dan Malaysia terganggu.
Ke depan, tren harga CPO masih akan menguat. Wahyu menilai rentang harga CPO di RM 2.800-RM 3.000 per ton masih bisa diuji di sisa tahun ini. “Rentang konsolidasi di kisaran RM 2.500 per ton hingga RM 2.600 per ton, dan bisa terjadi dalam rentang bulanan,” ujar dia.
Sumber: Harian Kontan