JAKARTA. Sepanjang kuartal ketiga tahun ini, harga minyak sawit mentah atawa crude palm oil (CPO) naik signifikan. Di periode Juli-September 2017, harga CPO kontrak pengiriman Desember 2017 di Malaysia Derivative Exchange melonjak 9,02% jadi RM 2.695 per metrik ton.

Keperkasaan harga CPO terjadi setelah ekspor CPO Indonesia dan Malaysia meningkat. Kenaikan ekspor ini mengindikasikan permintaan tengah menguat Research Analyst Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar menyebut, survei Bloomberg menunjukkan estimasi atau perkiraan ekspor CPO Indonesia di Agustus naik 1,9% menjadi 2,45 juta ton. Ekspor CPO dari Malaysia pun melonjak.

Permintaan CPO terutama datang dari China dan India. “Saat itu permintaan sedang tinggi menjelang golden week di China,” ujar Agus, kemarin.

Produksi mulai naik

Di lain pihak, produksi CPO di Malaysia ternyata belum kembali normal. Agus Chandra, Analis Monex Investindo Futures menuturkan, industri CPO Malaysia masih dalam masa pemulihan setelah terkena dampak Badai El Nino pada tahun lalu. Pelemahan ringgit terhadap dolar AS juga jadi sentimen positif yang membuat harga CPO di kuartal III menguat.

Menurut Deddy, penguatan harga CPO masih akan berlanjut. Permintaan dari India kembali membludak jelang hari raya Diwali. Karena itu, ia optimistis harga CPO dapat mencapai level krusialnya di RM 2.900 per metrik ton.

Hanya saja, jika harga sudah mencapai level tertinggi, maka harga rawan koreksi. Deddy pun tidak memungkiri di akhir tahun juga akan ada banyak aksi profit taking. “Memang rawan, tapi kalau harga berhasil ditembus di level tersebut, maka bukan tidak mungkin harga bisa berlanjut ke RM 3.000-RM 3.200 per metrik ton di akhir tahun,” kata Deddy menganalisa.

Tapi, bersamaan dengan peningkatan permintaan, stok minyak sawit Malaysia pada minggu ketiga bulan September diprediksi menyentuh angka tertinggi sejak Februari 2016. Survei Bloomberg menunjukkan, persediaan CPO akan naik 3,1% mehjadi 2 juta metrik ton dibanding Agustus. Angka tersebut akan menjadi level tertinggi dalam 19 bulan dan mencerminkan kenaikan 29% dibanding periode sama tahun lalu.

Survei juga menunjukkan produksi minyak sawit Malaysia naik 1,1% jadi 1,83 juta ton, sementara ekspor menanjak 8,1% menjadi 1,61 juta ton, atau tertinggi sejak Agustus 2016. Malaysian palm oil Board (MPOB) akan merilis data resmi pada 10 Oktober. . Agus menambahkan, pergerakan CPO juga bakal terimbas harga minyak kedelai. Pasalnya, komoditas tersebut merupakan kompetitor bagi CPO. “Jika minyak kedelai naik, CPO ikut naik karena harganya saling bersaing,” terang Agus.

Ia pun memprediksi harga CPO masih bisa menguat dan bergerak di kisaran RM 2.700-RM 2.800 per metrik ton pada akhir tahun ini.

Nathania Zevwied Pessak/Dimas Andi Shadewo

 

Sumber: Harian Kontan