JAKARTA, investor.id – Harga kontrak Crude Palm Oil (CPO) di Bursa Malaysia Derivatives ditutup menguat pada perdagangan Selasa (9/8/2022). Dengan demikian, harga CPO mengalami penguatan selama dua hari berturut-turut.
Berdasarkan data Bursa Malaysia Derivatives pada penutupan Selasa (9/8/2022), kontrak berjangka CPO untuk pengiriman Agustus 2022 naik 35 Ringgit Malaysia menjadi 4.170 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak pengiriman September 2022 terkerek 47 Ringgit Malaysia menjadi 4.135 Ringgit Malaysia per ton.
Sementara itu, kontrak pengiriman Oktober 2022 menanjak 48 Ringgit Malaysia menjadi 4.119 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak pengiriman November 2022 naik 53 Ringgit Malaysia menjadi 4.122 Ringgit Malaysia per ton.
Serta, kontrak pengiriman Desember 2022 terdongkrak 53 Ringgit Malaysia menjadi 4.146 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak pengiriman Januari 2023 naik 34 Ringgit Malaysia menjadi 4.176 Ringgit Malaysia per ton.
Research & Development ICDX Girta Yoga memprediksi pergerakan harga CPO pekan ini akan terpengaruh katalis yang ada di pasar saat ini, baik dari pasar CPO maupun pasar minyak nabati. Sebab, keduanya cenderung masih berdampak negatif terhadap harga. Maka, harga CPO pekan ini masih berpotensi bertahan bearish.
Yoga menyebut, sentimen yang diperhatikan dari Indonesia antara lain keputusan harga referensi CPO Indonesia untuk periode paruh kedua Agustus, kebijakan kuota ekspor serta perkembangan program biodiesel B40. “Sementara dari Malaysia antara lain rilisnya data ekspor CPO dan perkembangan situasi tenaga kerja,” ungkap Yoga kepada Investor Daily, belum lama ini.
Sedangkan perkembangan harga minyak kedelai pada pekan ini, Yoga menyebut mempertimbangkan situasi di Laut Hitam yang telah berhasil melakukan pengiriman biji-bijian dan pupuk untuk pertama kalinya sejak berlangsungnya konflik Ukraina, mengindikasikan potensi kembali meredanya tekanan dari sisi pasokan untuk minyak nabati.
“Perkembangan situasi di Laut Hitam serta kondisi cuaca di negara produsen utama minyak nabati seperti Brasil, Argentina dan AS akan menjadi sentimen penggerak pada pergerakan harga CPO,” tutup Yoga.
Sumber: Investor.id