Harga kontrak Crude Palm Oil (CPO) di Bursa Malaysia Derivatives rontok pada perdagangan Kamis (27/7/2023). Tertekan dua sentimen, yaitu kekhawatiran peningkatan produksi Malaysia dan pelemahan harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT).
Berdasarkan data Bursa Malaysia Derivatives pada penutupan Kamis (27/7/2023), kontrak berjangka CPO untuk pengiriman Agustus 2023 turun 65 Ringgit Malaysia per ton menjadi 3.922 Ringgit Malaysia per ton. Untuk kontrak berjangka CPO pengiriman September 2023 terkoreksi 39 Ringgit Malaysia menjadi 3.998 Ringgit Malaysia per ton.
Sementara itu, kontrak berjangka CPO pengiriman Oktober 2023 melemah 36 Ringgit Malaysia menjadi 4.026 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak berjangka CPO pengiriman November 2023 kehilangan 35 Ringgit Malaysia menjadi 4.032 Ringgit Malaysia per ton.
Sedangkan kontrak berjangka pengiriman CPO Desember terkoreksi melemah 36 Ringgit Malaysia menjadi 4.041 Ringgit Malaysia per ton. Untuk kontrak berjangka CPO pengiriman Januari 2024 jatuh 27 Ringgit Malaysia menjadi 4.056 Ringgit Malaysia per ton.
Dikutip dari Bernama, Malaysian Palm Oil Association atau Asosiasi Minyak Sawit Malaysia memperkirakan bahwa produksi minyak sawit Malaysia untuk 1-20 Juli adalah 6,49% lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada Juni 2023. Kinerja yang kuat terlihat untuk Semenanjung Malaysia (naik 12,43%) dan Sarawak (naik 9,8%). Mengimbangi output yang lebih rendah di Sabah (turun 6,77 %).
Kinerja Sabah yang lebih lemah menurunkan produksi keseluruhan Malaysia Timur sebesar 2,76%. Laporan produksi riil diharapkan akan dirilis oleh Malaysian Palm Oil Board atau Dewan Minyak Sawit Malaysia pada bulan depan.
Trader minyak kelapa sawit David Ng mengatakan peningkatan output menjadi perhatian utama dan saat ini para pedagang fokus pada kecepatan produksi dan permintaan ekspor. “Kami menemukan support di 3.800 Ringgit Malaysia dan resistance di 4.200 Ringgit Malaysia,” katanya.
https://investor.id/market/336371/harga-cpo-rontok-tertekan-dua-sentimen-ini