Ekspektasi melemahnya produksi telah mendorong harga minyak Kelapa Sawit [crude palm oil/CPO) pada pekan lalu.
Dilansir dari Bloomberg, Minggu (8/9), kontrak berjangka minyak sawit mentan di Bursa Derivatif Malaysia berakhir menguat, Jumat (6/9), didukung oleh ekspektasi produksi yang lebih lemah dalam beberapa minggu mendatang, sehingga dapat mengurangi tingkat stok keseluruhan negara itu.
Pada penutupan perdagangan, Jumat (6/9), kontrak CPO untuk September 2019 dan Oktober 2019 masing-masing melonjak 26 poin ke posisi 2.116 ringgit dan 2.168 ringgit per ton.
Sementara itu, kontrak CPO November 2019 naik 19 poin menjadi 2.201 ringgit per ton, sedangkan kontrak Desember 2019 menguat 17 poin ke posisi 2.238 ringgit per ton. Namun, volume transaksi turun menjadi 48.187 lot dari 57.657 lot pada Kamis (5/9).
Mengutip data dari Asosiasi Pabrik Kelapa Sawit Semenanjung Selatan (Southern Peninsula Palm Oil Millers\’ Association/SPPOMA), pedagang minyak sawit David Ng mengatakan, produksi CPO Malaysia turun 6,65% secara bulanan dalam 5 hari pertama dari September 2019.
Hal tersebut mengimbangi pertumbuhan secara bulanan 3,07 % sepanjang Agustus tahun ini yang ditunjukkan oleh data Asosiasi Minyak Sawit Malaysia (Malaysian Palm Oil Association).
Namun, David mengatakan, penguatan ringgit yang diperdagangkan pada level 4,1780 terhadap dolar AS, dari 4,1880, pada pekan lalu telah membatasi kenaikan pada harga CPO lokal.
“Level support di 2.150 per ton dan resistance di 2.250 ringgit per ton,” katanya kepada Bernama seperti dikutip dari Bloomberg.
Pada Kamis (5/9), harga CPO ditutup lebih rendah usai mencapai level terlemahnya dalam 2 pekan, setelah importir minyak nabati terbesar dunia, India menaikkan pajak minyak sawit dari Malaysia menjadi 50%, dari 45%, selama 6 bulan ke depan.
Kontrak pasokan minyak sawit untuk pengiriman November di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun 0,2% menjadi 2.182 ringgit per ton. Sebelumnya, turun sebanyak 1,1% menjadi 2.163 ringgit, terendah sejak 21 Agustus.
Wang Tao, analis pasar Reuters untuk komoditas mengatakan, minyak kepa sawit bisa menguji level support di 2.161 per ton, penembusan di bawah level itu dapat menyebabkan pelemahan ke level 2.114 ringgit per ton.
Seorang pedagang yang berbasis di Kuala Lumpur mengatakan, harga Kelapa Sawit turun setelah berita India meningkatkan bea impor minyak rafinasi sebesar 5%. “Hal ini akan terlihat perlunya minyak sawit mentah Malaysia untuk bersaing dengan harga sawit Indonesia yang lebih rendah agar dapat bersaing.”
Sumber: Bisnis Indonesia