Ketua Satuan Tugas (Satgas) Kelapa Sawit International Union for Conservation of Nature (IUCN) Erik Meijaard mendatangi kantor Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution pada hari ini. Kedatangannya untuk memberitahukan mengenai hasil studi yang dilakukan oleh lembaga independen internasional tersebut kepada pemerintah.
Erik menjelaskan mengenai hasil secara objektif terkait sawit.Menurut hasil studinya, minyak sawit sangat penting bahkan impact-nya terhadap lingkungan pun sangat penting, karena ini merupakan salah satu produk yang ramah lingkungan.
“Studi ini mengenai palm oil dan impact-nya terhadap lingkungan ini penting kita harus liat palm oil sebagai bagian dari Sustainable Development Goals (SDGs). Kita ingin memahami bagian impact palm oil kepada SDGs,” ujarnya dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Jakarta, Senin (4/2/2019).
Erik menambahkan, studi ini untuk mencari tahu bagaimana manfaat minyak sawit. Oleh karena itu dirinya membandingkan dengan beberapa jenis seperti minyak bunga matahari.
“Kedua kita ingin tahu bagaimana palm oil ini jika dibandingkan yang lain seperti soybean, sunflower,” ucapnya.
Menurutnya, dari hasil studi menyimpulkan bahwa komoditas minyak nabati lainnya membutuhkan lahan sembilan kali lebih besar dibandingkan kelapa sawit. Sedangkan secara manfaat masih relatif sama dibandingkan dengan minyak nabati lainya seperti kedelai dan bunga matahari.
“Kita melihatnya global demand untuk vegetable oil megaton di 2015 jadi kita butuh dua kali lipat oil untuk memenuhi kebutuhan itu. Lalu bagaimana kita membutuhkan hal itu sementara lapangan tanamannya minim,” katanya,
“Dan jika ini kita larang atau boikot, minyak nabati lainnya yang membutuhkan lahan lebih luas akan menggantikan kelapa sawit,” tuturnya.
Erik Mejiaard menyatakan, jika melihat dampak kerusakan terhadap keanekaragaman hayati yang ditimbulkan oleh kelapa sawit dengan perspektif global, maka tidak ada solusi yang sederhana. Karena menurutnya, hampir separuh populasi dunia menggunakan minyak kelapa sawit dalam bentuk makanan.
Pada tahun 2050, diperkirakan kebutuhan minyak nabati dunia sebesar 310 juta ton. Saat ini minyak kelapa sawit berkontribusi sebesar 35% dari total kebutuhan minyak nabati dunia, dengan konsumsi terbesar di India, RRC dan Indonesia.
Adapun proporsi penggunaannya adalah 75% untuk industri pangan dan 25% untuk industri kosmetik, produk pembersih dan biofuel. Temuan lain dalam studi antara lain menunjukkan, keanekaragaman hayati di hutan hujan tropis diisi sekitar 193 spesies yang langka, seperti orangutan, siamang, gajah serta harimau.
“Kelapa sawit akan tetap dibutuhkan dan kita perlu segera mengambil langkah untuk memastikan produksi kelapa sawit yang berkelanjutan, memastikan semua pihak pemerintah, produsen dan rantai pasok menghargai komitmen mereka terhadap keberlanjutan,” jelasnya.
Sumber: Okezone.com