Kendati dihadang tuduhan negatif, industri sawit membuktikan mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Persoalan sawit harus dilihat lebih objektif.

Konferensi internasional tentang kelapa sawit dan lingkungan atau International Conference on Oil Palm and the Environment (ICOPE) 2018 yang diinisiasi tiga lembaga yang berbeda (PT SMART, CiRAD dan WWF Indonesia), mampu menghadirkan banyak para pakar salah satunya James Fry selaku Chairman LMC International yang mendapat kesempatan mempresentasikan materi di hari terakhir Jum’at (27 April 2018).

Pada kesempatan itu, James Fry, Chairman LMC International, yang dipercaya Uni Eropa untuk membantu membuat laporan deforestasi dan sawit. Secara singkat ia menjelaskan proses pembuatan keputusan yang dilakukan Uni Eropa yang melibatkan komisi Uni Eropa  dan dewan. Pihak Uni Eropa meminta dirinya mereview laporan yang sudah dibuat sejak 2013 yang berkaitan dengan kelapa sawit dan berdampak pada sosial ekonomi.

“Dan, Saya terlibat untuk membuat laporan sawit yang berdampak pada lingkungan dan diminta untuk mereview standar-standar berkelanjutan seperti RSPO, ISCC, MSPO dan ISPO untuk meningkatkan pengetahuan di dalam komisi mengenai sawit dan berkelanjutannya,” terang James Fry, saat acara ICOPE 2018, beberapa waktu lalu, di Bali.

Selanjutnya, James juga menyampaikan pihaknya diminta untuk tidak membuat rekomendasi dan menyediakan referensi-referensi informasi dan analisis dari studi pustaka dan segala macam referensi dan melihat realitas di sektor sawit. Lalu, ia tidak memberikan rekomendasi tapi menyajikan fakta yang ada.

“Saya hanya ingin menyampaikan sesuatu proses pengambilan keputusan di Uni eropa yang terjadi trialog (dialog tiga arah). Jadi komisi hanya sebagian dari tiga struktur institusi yang ada di Uni Eropa yaitu parlemen, dewan menteri dari negara anggota dan badan adminitratif,” ungkap James.

Ada tiga tahapan yang diperlukan untuk mencapai keputusan yang diambil dari suara mayoritas yang terkualifikasi yaitu 55% dari negara anggota (16 negara dari 27 negara anggota Uni Eropa) dan 65% dari populasi. Maka berkaitan dengan tekanan yang dilakukan oleh Indonesia, Malaysia dan Kolombia yang menjadi negara produsen sawit di komisi yang terpenting adalah negara dengan populasi tinggi karena dapat memenuhi populasi dari 65% populasinya.

Namun demikian, Jerman dan Inggris juga mempunyai pengaruh yang besar yang dapat menjadi keputusan dewan. “Saya ingatkan kembali ini bukan rekomendasi melainkan hanya studi pustaka dan makalah. saya hanya sedikit memberikan analisa dan lebih banyak menyajikan fakta. Saya juga diminta untuk melihat bukti empiris dari deforestasi yang ditemukan dari laporan akademik yaitu budidaya sawit yang menyebabkan deforestasi, hilangnya keanekaragaman hayati dan berdampak pada gas rumah kaca. Dan, beberapa industri sawit juga ekspansi di lingkungan yang digunakan oleh masyarakat adat dan lokal serta adanya penganiayaan tenaga kerja (HAM), bukti bukti tersebut masih direview,” kata James Fry.

Kendati banyak isu-isu negatif  yang terus dihembuskan pada sektor sawit, budidaya sawit terbukti dapat meningkatkan pendapatan yang cukup tinggi pada smallholders dan berkontribusi pada pembangunan ekonomi.

 

Sumber: Sawitindonesia.com