Munculnya piagam Rotterdam pada 2015 lalu yang menyatakan kawasan Uni Eropa bakal hanya mengimpor minyak sawit berkelanjutan (Certified Sustainable Palm Oil/CSPO) pada 2020 mendatang, menjadi peluang bagi pasar minyak sawit Indonesia. Terlebih diprediksi hingga tahun 2020, kawasan Uni Eropa membutuhkan pasokan hingga 6 juta ton minyak sawit.

Sekjen, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Togar Sitanggang menyatakan, pihak Indonesia tidak hanya akan memenuhi pasar minyak sawit di kawasan Uni Eropa sejumlah 6 juta ton, namun Togar memastikan pihaknya bakal mampu memenuhi paskan minyak sawit hingga 8 juta ton minyak sawit berkelanjutan.

Pada acara Festival Colorful Indonesia di Paris Prancis, Sabtu (23/9) waktu setempat. Selain Togar, hadir juga sebagai pembicara dalam kegiatan yang digagas Kedutaan Besar RI di Paris ini, Sekjen Apkasindo (Asosiasi Petani Kelap Sawit Indonesia) Rino Afrino.

Lebih lanjut tutur Togar, Indonesia mampu memenuhi permintan pasar Eropa tersebut. Dengan catatan, minyak sawit yang tersertifikasi ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) juga bisa diterima oleh negara-negara Uni Eropa.

“Menerima sertifikasi ISPO berarti mengakui kredibilitas pemerintah Indonesia. Karena sertifikasi ISPO adalah standar wajib yang diberlakukan oleh pemerintah RI,” kata Togar dalam keterangan resmi diterima InfoSAWIT.

Saat ini, kata Togar, Uni Eropa (27 negara) adalah pasar minyak sawit terbesar kedua setelah India. Berdasarkan data GAPKI (tahun 2016), penjualan minyak sawit ke Uni Eropa mencapai 6,6 juta ton. Pasar terbesar minyak sawit terbesar dunia adalah India sebesar 10,25 juta ton. Sedangkan China di peringkat ketiga sebesar 5,15 juta ton.  “Dan Indonesia tetap mengukuhkan diri sebagai produsen minyak sawit terbesar dunia dengan produksi tahun lalu 33,4 juta ton,” kata Togar. (T2)

 

Sumber: Infosawit.com