Jakarta: Pemerintah Indonesia bakal bertemu dengan Pemerintah India untuk bernegosiasi terkait rencana Negeri Hindustan tersebut menaikkan tarif bea masuk bagi impor minyak kelapa sawit (CPO) hingga tiga kali lipat.
Menko Perekonomian Darmin Nasution mengaku dirinya telah meminta Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita untuk bicara dengan pihak India. Sebab CPO menjadi salah satu komoditas ekspor terbesar Indonesia.
“Kita sedang mencoba sebenarnya minta Menteri Perdagangan bicara dulu. Kesannya sebagai sesama negara emerging (berkembang) ngomong dulu lah,” kata Darmin, di Kemenko Perekonomian, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Jumat, 16 Maret 2018.
Kenaikan bea masuk CPO salah satunya dikarenakan oleh Indonesia yang mengalami defisit perdagangan dengan India. Sebenarnya, dalam memberi keadilan atau kesamaan nilai perdagangan, India berupaya untuk menjajakan barangnya ke Indonesia dengan mengingatkan Indonesia agar mengimpor barang asal India seperti daging dan beras.
“Karena memang surplusnya besar sekali dengan India,” tutur Darmin.
Oleh karenanya, lanjut Mantan Gubernur Bank Indonesia ini, untuk mencari solusi terbaik kedua belak pihak memang harus duduk bersama. “Ya kita harus bicara dulu lah,” jelas dia.
Berdasarkan data BPS terkait neraca perdagangan nonmigas, pada Januari-Februari, Indonesia mengalami surplus ke India sebesar USD1,33 miliar. Sementara itu, ekspor sawit Indonesia ke India saat ini dikenakan tarif impor sebesar 7,5 persen hingga 15 persen, dengan tarif untuk produk turunan sawit sebesar 15-25 persen.
Tantangan menjadi kian berat ketika Pemerintah India berencana menambah tarif kepabeanan sebesar 45 persen untuk produk sawit dan 54 persen untuk produk turunan sawit.
Sumber: Metrotvnews.com