Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (Apolin) mengungkapkan industri oleokimia Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang positif baik dari sisi nilai investasi, volume dan nilai ekspor.
Ketua Umum Apolin Rapolo Hutabarat di Jakarta, Selasa mengatakan, pada 2017, volume ekspor produk oleokimia sebesar 1,79 juta ton dengan nilai 1,53 miliar dolar AS.
Pada 2018, tambahnya, volume ekspor oleokimia naik menjadi 2,76 juta ton dengan nilai sebesar 2,38 miliar AS.
Kemudian untuk 2019, diperkirakan jumlah ekspor tumbuh menjadi 3,08 juta ton, tetapi nilai akan turun menjadi 1,97 miliar dolar AS.
“Volume naik terus dari tahun ke tahun, tetapi nilai ekspornya memang turun akibat pengaruh pelemahan harga komoditas dunia,” katanya dalam Diskusi bertema “Spektrum Pengguna Oleochemical di Industri Strategis”.
Rapolo menyatakan, di tengah pelemahan harga komoditas, industri oleokimia memerlukan dukungan pemerintah melalui ketersediaan gas dan harga sesuai regulasi yakni Peraturan Presiden No. 40/2016 tentang Penetapan Harga Gas Bumi.
Perpres tersebut mengatur harga gas bumi untuk sektor industri tertentu senilai 6 dolar AS per million british thermal unit (MMBtu), diantaranya untuk oleokimia.
Namun, tambahnya, di lapangan industri oleokimia membeli gas sebesar 10-13 dolar AS per MMBtU.
“Kami harapkan jaminan pasokan gas dan kepastian harga gas sebagaimana diatur Perpres tadi,” ujarnya.
Untuk itu, dia meminta dana pungutan sawit segera diberlakukan karena harga minyak sawit mulai merangkak naik. Penerapan dana pungutan akan memperkuat daya saing produk oleokomia dan mendukung kebijakan hilir sawit.
Sementara itu dosen senior Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung Dr. Tatang Hernas, menjelaskan keberpihakan pemerintah sangatlah diperlukan dalam mendorong industri oleokimia nasional.
“Ketika cadangan minyak bumi mulai habis, sebenarnya ada potensi dari minyak sawit untuk digunakan di sektor energi dan industri strategis,” katanya.
Ketua Bidang Mutu dan Sertifikasi Apolin Abun Lie menyebutkan peluang industri oleokimia tetap bagus pada 2020, asalkan pemerintah memperkuat dukungan bagi industri ini karena bersifat padat modal dan teknologi.
Sumber: Antaranews.com