InfoSAWIT, JAKARTA – Guna memberikan informasi yang tepat terkait pengembanga industri kelapa sawit di Indonesia, dikatakan Duta Besar Republik Federal Jerman, Arif Havas Oegroseno, Indonesia membutuhkan strategi yang jelas guna melakukan kampanye sawit. “Kita tidak bisa hanya bersikap reaktif tapi harus proactif, offensive and smartly aggressive,” katanya dalam Diskusi Online yang dihadiri InfoSAWIT, belum lama ini.

Lebih lanjut kata Havas, industri kelapa sawit butuh strategi berkesinambungan dan terstruktur dalam menghadapi permainan panjang yang terus menekan industri kelapa sawit. Apalagi kata dia, Selama ini kampanye yang sudah dilakukan belum begitu optimal. Ada beberpa langkah yang perlu dilakukan dantaranya, pertama, melakukan kampanye sawit di dalam negeri atau domestic front. Dalam hal ini, kolaborasi antara pemerintah dan pengusaha dalam negeri penting untuk mendorong kampanye terstruktur pada level internasional.

Lantas, kedua dengan mengoptimalkan foreign front (luar negeri) melalui kampanye investasi dan kampanye legal. Havas mencontohkan perusahaan-perusahaan Indonesia dan Malaysia yang memiliki investasi di Eropa harus berkolaborasi untuk melakukan diplomasi kepada pemerintah dan masyarakat setempat sebagai langkah kampanye terstruktur.

Ketiga, menerapkan kampanye legal atau hukum bisa menjadi langkah strategis yang menyasar langsung para pihak  anti-sawit. Menurutnya, Indonesia harus lebih tegas dalam mengajukan gugatan hukum kepada perusahaan, tempat makan maupun supermarket yang memberikan label “No Palm Oil”. Langkah hukum ini menunjukkan ketegasan Indonesia sebagai produsen minyak sawit dalam melindungi komoditas strategisnya.

“Dalam melakukan kampanye luar negeri, Indonesia dan Malaysia sebagai produsen sawit harus mengesampingkan persaingan internal dan memperjuangkan kelapa sawit secara bersama,” ujar Havas.

Sementara Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Joko Supriyono, meyatakan tekanan dari luar negeri terus bertambah dengan berbagai isu baru yang diciptakan untuk mendiskreditkan industri sawit.

Bahkan, kampanye negatif sawit dan tekanan NGO membuat bank-bank di Eropa dan Amerika tidak mau memberikan kredit kepada pengusaha sawit. Hal ini tentu saja sangat merugikan Industri sawit Indonesia. (T2)

Sumber: Infosawit.com