InfoSAWIT, JAKARTA – Penerapan sistem integrasi sawit – sapi (ISS) merupakan perpaduan usaha budidaya ternak sapi dalam usaha Perkebunan kelapa sawit tanpa mengurangi aktifitas dan produktivitas tanaman.

Potensi dan manfaat penerapan ISS untuk peternakan sapi yaitu hijauan antar pohon dan hasil samping industri perkebunan kelapa sawit (solid dan bungkil) itu merupakan sumber pakan ternak sapi, sementara bagi perkebunan kelapa sawit yaitu kotoran ternak sapi sebagai penyedia unsur hara untuk meningkatkan kesuburan lahan kebun kelapa sawit dan pengendalian gulma.

Hingga saat ini merujuk informasi dari perusahaan yang didapat InfoSAWIT, penggembalaan sapi yang dilakukan di areal Perkebunan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk., (SSMS) mencakup seluas kurang lebih 50.000 ha dengan jumlah sapi yang digembalakan ± 8.000 ekor.

Diungkapkan Fizrul Indra Lubis dari Sulung Research Station, dalam pelaksanaan ISS di lapangan diperlukan sinkronisasi antara perkebunan dan peternakan, salah satu hal yang dilakukan yaitu pembuatan jadwal penggembalaan sapi (Rotasi Penggembalaan) dengan kegiatan panen dan pemupukan.

“Hal ini dilakukan untuk mencegah benturan kegiatan antara pihak perkebunan dan peternakan, menjaga keamanan pekerja dan ternak karena sapi berpindah blok setiap hari, kegiatan panen dan pruning pelepah sawit dilakukan pada H-2 sebelum penggembalaan, pelaksanaan kegiatan pemupukan dilakukan setelah penggembalaan dan sapi akan digembalakan kembali di blok yang sama setelah 90 hari,” katanya.

Lantas dampak dari penerapan integrasi sawit–sapi di areal SSMS bagi perkebunan kelapa sawit yaitu adanya perbaikan kesuburan lahan dalam jangka panjang serta adanya pengurangan biaya pengendalian gulma, namun selain dampak positif tersebut, dalam penerapan ISS juga perlu diperhatikan resiko adanya pemadatan tanah pada daerah yang sering dilalui oleh sapi serta memicu serangan hama ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS).

“Sebab itu, dampak penerapan ISS bagi peternakan sapi yaitu tidak membutuhkan penambahan lahan baru untuk penanaman rumput serta mengurangi biaya tenaga kerja penggembalaan, namun memiliki resiko kandungan nutrisi hijauan antar pohon sebagai pakan ternak yang tidak tetap,” catat Petrus Damianus Ndoa dari PT Sulung Ranch, anak usaha SSMS. (T2)

 

Sumber: Infosawit.com