Industri perkebunan sawit tetap beroperasi normal. Kendati demikian, pandemi Covid-19 atau Corona berdampak pula kepada bisnis minyak sawit. Untuk itu, pelaku industri disarankan menerapkan efisiensi dalam kegiatan operasional.

“Sektor industri sawit menghadapi ketidakpastian. Tidak ada yang bisa memperkirakan kapan wabah pandemi Covid-19 akan berakhir,” kata Joko Supriyono, Ketua Umum GAPKI, dalam perbincangan melalui telepon pada awal April 2020.

Joko Supriyono menyebutkan situasi hari ini masih diliputi ketidakpastian berkaitan kapan pandemi dapat segera berakhir. Berdasarkan data GAPKI, Produksi CPO pada bulan Januari 2020 sedikit mengalami kenaikan dibandingkan dengan produksi bulan Desember 2019 yaitu 3,48 juta ton dibanding dengan 3,45 juta ton. Konsumsi domestik juga sedikit naik dari 1,45 juta ton menjadi 1,47 juta ton (+1,8%) sementara ekspor turun  cukup banyak yaitu dari 3,72 juta ton menjadi hanya 2,39 juta ton (-35,6%).

Sementara itu, produk sawit seperti oleo kimia meningkat ekspornya. Data GAPKI menunjukkan ekspor oleo kimia naik 22,9%. “Ekspor bisa meningkat karena kemungkinan permintaan dari industri kesehatan dan kebersihan tumbuh, seiring kebutuhan masyarakat di kala pandemiini,” ujarnya.

Beruntung, permintaan domestik tetap tinggi.  Data menunjukkan kenaikan minyak sawit untuk food dan oleo kimia masing-masing naik 9 persen. Ini berarti, pasar domestik untuk pangan dan oleo kimia masih positif. Termasuk biodiesel juga masih positif.

“Dengan melihat angka domestik yang positif ini memberikan harapan ditengah pelemahan global. Kami optimis pasar dalam negeri masih berjalan,” ujar Joko.

Menghadapi situasi ini, pelaku sawit disarankan lebih efisien dalam kegiatan bisnisnya. Joko menerangkan pelaku industri sawit bisa lebih efisien menjaga kegiatan operasional dan finansial. Efisiensi ini dilakukan melalui pengaturan prioritas bujet dan menyiapkan opsi strategis di kala pembatasan aktivitas ekonomi.

“Strategi efisensi perlu diterapkan ditengah situasi industri yang penuh ketidak pastian. Artinya kita mesti efisien serta benar-benar fokus menjaga operasional,” ujar lulusan Fakultas Pertanian Universitas Gajah Madaini.

Selanjutnya, dikatakan Joko, GAPKI mengajak pelaku usaha untuk fokus dan kontribusi kepada pencegahan wabah virus ini. Artinya kontribisi pelaku usaha harus sigap membantu pencegahan meluasnya wabah ini. Lalu kita harus kontribusi lebih serius karena menyangkut ketidak pastian kondisi perekonomian.

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) ikut mengambil peranan dalam rangka mendukung pemerintah melawan pandemi Corona atau Covid-19. Joko mengatakan asosiasi mendukung kebijakan pemerintah yang fokus kepada pencegahan. Itu sebabnya, protokol tersebut diharapkan dapat berjalan baik dan menjadi panduan perusahaan.

“Kami mengajak semua pengurus pusat, cabang dan perkebunan kelapa sawit anggota GAPKI untuk pro-aktif melakukan upaya pencegahan penularan melaui isolasi mandiri, menghindari interaksi dengan keramaian/kerumunan dan upaya pencegahan lainnya seperti penggunaan masker dan wajib cuci tangan. Kami percaya kita tentu sudah melakukan berbagai upaya dan cara dalam mengatasi pandemi ini, ” kata Joko Supriyono).

Dijelaskan Joko bahwa asosiasi juga menyuarakan supaya tidak mudik saat libur lebaran nanti. Ternyata banyak pihak menyuarakan usulan serupa kepada pemerintah dan Kementerian BUMN. Dengan mencegah karyawan mudik akan membantu pemerintah dalam pencegahan penularan Corona. Jika orang mudik semua yang terjadi pergerakan nasional sehingga dikhawatirkan penularan lebih meluas. Itu sebabnya, GAPKI ingin karyawan kebun tidak mudik dan menjalankan protokol kesehatan lebih ketat. Tujuannya bisa operiasonal lebih baik.

 

Sumber: Sawitindonesia.com