JAKARTA, KOMPAS.com – Presiden Joko Widodo menyatakan, pembelian minyak goreng “MinyaKita” memang dibatasi agar hanya dapat dibeli oleh masyarakat ekonomi bawah yang membutuhkan. Hal ini ia sampaikan merespons kabar yang menyebutkan stok MinyaKita langka sehingga penjualannya di sejumlah pasar mesti dibatasi. “Ini kan memang dibatasi agar tidak semua masyarakat beli dalam jumlah banyak karena itu adalah minyak yang memang kita patok untuk yang masyarakat bawah yang membutuhkan,” kata Jokowi di Pasar Minggu, Jakarta, Kamis (13/4/2023).

Mantan Wali Kota Solo itu juga membantah anggapan bahwa stok MinyaKita langka sehingga penjualannya dibatasi. Ia menegaskan, penjualan MinyaKita dibatasi agar tidak dibeli dalam jumlah besar oleh kelompok masyarakat yang mampu membeli minyak goreng dengan harga di atas MinyaKita. Jokowi pun menjelaskan bahwa harga MinyaKita yang dipatok sebesar Rp 14.000 per liter bertujuan agar minyak tersebut dapat dijangkau oleh kalangan masyarakat bawah. “Tidak boleh dijual dalam jumlah yang besar karena memang kita harapkan itu yang membeli hanya masyarakat bawah. Stoknya sangat banyak, saya cek kemarin di semua pasar banyak,” kata Jokowi.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menerangkan, kelangkaan Minyakita di pasaran bukan karena stok yang menipis. Menurutnya, kelangkaan muncul karena masyarakat mulai beralih dari minyak goreng premium menjadi MinyaKita. Ia menilai, beralihnya masyarakat tersebut lantaran kualitas Minyakita tak berbeda jauh dengan kualitas premium. “Semua orang beli itu ya jadi habis. Nanti kalau semua yang beli premium jadi beli ini, ya enggak akan cukup juga. Karena udah bagus semua mau beli MinyaKita, dijualnya di retail modern, online padahal kan ini untuk pasar-pasar,” ujar Zulkifli.

Penyebab mahalnya Minyakita juga diungkapkan oleh Plt Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Sahat Sinaga. Dia mengatakan, salah satu alasan penyebab langkanya MinyaKita karena produsen sawit sengaja tidak memproduksinya. Ia menilai, produksi tidak dilakukan karena keuntungan MinyaKita dinilai terlalu minim. Apalagi, saat ini ekspor sawit tengah lesu-lesunya, sehingga produsen tak bisa menutup kerugian. “Saya menduga mereka tidak memproduksi Minyakita ini karena tidak ada cuannya. Ekspor juga apa? Enggak ada untuk menutup kerugian mereka, tidak ada dari ekspor. Ya, karena di ekspor pun sudah dipotong 142 dollar AS,” ujar Sahat.

Lebih lanjut Sahat mengatakan, produsen Minyakita tak mendapatkan bantuan subsidi dari pemerintah. Akibatnya, mau tak mau harus menutup kerugian dengan penghasilan ekspor.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Jokowi Bantah Minyakita Langka: Memang Dibatasi untuk Masyarakat Bawah”, Klik untuk baca: https://nasional.kompas.com/read/2023/04/13/16095201/jokowi-bantah-minyakita-langka-memang-dibatasi-untuk-masyarakat-bawah.
Penulis : Ardito Ramadhan
Editor : Dani Prabowo