Presiden Joko Widodo (Jokowi) membahas penurunan tarif minyak sawit dengan Perdana Menteri India Narendra Modi. Hal itu dilakukan saat pertemuan bilateral di sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Jepang.
Jokowi menekankan India perlu menaruh perhatian terhadap penerapan tarif impor baru terhadap ekspor kelapa sawit Indonesia. “Kita perlu mendorong Menteri Perdagangan kita untuk terus lanjutkan pembahasan guna mencapai win-win solution,” ujar Jokowi dalam siaran pers, Sabtu (29/6).
Satu di antara cara yang ditempuh adalah dengan mengajukan proposal pertukaran perdagangan antara minyak sawit dengan komoditas lainnya. Asia tahu saja sebelumnya India menaikkan tarif Refined, Bleached, and Deodorized palm oil (RBDPO)
Saat ini bea masuk RBDPO Indonesia ke India sebesar 50%, berbeda 5% dengan Malaysia. Sementara bea masuk RBDPO Malaysia yang juga produsen minyak sawits ebesar 45%.
Dampak naiknya bea masuk tersebut membuat ekspor RBDPO Indonesia ke India akan turun. Ekspor sawit Indonesia ke India tahun 2018 sebesar 6,7 juta ton turun dibandingkan tahun 2017 di atas 7 juta ton.
Jokowi juga mendorong perdagangan kedua negara dapat meningkat ke depan. Tahun 2025 ditargetkan total perdagangan kedua negara akan mencapai angka
US$ 50 miliar.
Oleh karena itu perlu ada peningkatan kerja sama perdagangan baik secara bilateral mau pun multilateral. Salah satunya adalah kerja sama Indo-Pacific. “Saya yakin ASEAN dan India dapat meningkatkan kerja sama Indo-Pasifik,” terang Jokowi.
Selain itu, Jokowi juga mendorong selesainya perundingan kerja sama ekonomi komprehensif regional (RCEP). Diharapkan perundingan RCEP dapat selesai 2019 ini.
Sumber: Tribun Pontianak