JAKARTA – Duta Besar RI untuk Swiss Muliaman Hadad mengatakan KBRI telah melakukan pendekatan ke berbagai pemangku kepentingan untuk memperbarui perkembangan terkini dari industri kelapa sawit di Indonesia. Di sisi lain, menjelaskan data dan fakta yang sesungguhnya terkait komoditas kelapa sawit. Terkait itu, dalam waktu dekat KBRI akan melakukan diskusi dengan pengusaha Swiss tentang sawit.

Dalam waktu dekat, kata Muliaman, KBRI dan Kadin Swiss akan melakukan konferensi bisnis dengan seluruh pengusaha Swiss untuk membicarakan pentingnya Indonesia-EFTA Comprehensive Economic Partnership Agreement (IE-CEPA) bagi Swiss dan Indonesia. Menurut Muliaman, lahirnya referendum sawit karena ada kelompok yang tidak setuju dengan IE-CEPA karena minyak sawit masuk di dalamnya. “Sebelum Pemerintah Swiss meratifikasi suatu perjanjian dengan negara lain, diberi kesempatan kepada masyarakat untuk mengemukakan pendapat atas perjanjian tersebut. Dalam hal IE-CEPA, kita harus menghormati proses politik di Swiss dan tidak bisa mencampurinya,” kata Muliaman, Selasa (7/7).

Namun demikian, kata Muliaman, pemerintah, parlemen, dan mayoritas masyarakat Swiss pada prinsipnya sangat mendukung dan tahu bahwa sawit yang diekspor dari Indonesia adalah sawit yang berkelanjutan. Skema keberlanjutan inilah yang akan didiskusikan dan disetujui bersama antara Indonesia dan Swiss.

Muliaman menambahkan, minyak sawit merupakan sektor penting dengan kontribusi pendapatan ekspor yang cukup besar bagi Indonesia. Karena itu, Indonesia akan menjelaskan kepada Pemerintah Swiss bahwa keberadaan minyak kelapa sawit tidak bermasalah. Bahkan, dengan produktivitasnya yang tinggi untuk setiap hektare lahan, pemanfaatan minyak sawit hanya menggunakan lahan yang lebih sedikit dibandingkan produksi minyak nabati lain.

 

Sumber: Investor Daily Indonesia