ROMA- Perkebunan kelapa sawit menjadi instrumen yang efektif untuk mengentaskan kemiskinan. Indonesia dan Malaysia adalah dua negara yang telah membuktikan hal tersebut. Di Indonesia ada 17 juta orang yang bekerja di sektor kelapa sawit, sedangkan di Malaysia sedikitnya 2 juta orang.

Fakta tersebut terungkap pada acara konferensi internasional tentang pengentasan kemiskinan di Pontifical Urban University Vatikan di Roma, Italia, Selasa (15/5).

“Dari total 11,6 juta hektare (ha) perkebunan kelapa sawit Indonesia, 41% di antaranya perkebunan rakyat. Ada 2,1 juta petani kelapa sawit di Indonesia,” kata Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan dalam keterangan tertulisnya kemarin.

Luhut yang menjadi salah satu pembicara pada sesi High Level Segment seminar tersebut menambahkan, sektor pertanian sangat penting dan menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Pada subsektor pertanian, kelapa sawit merupakan penyumbang devisa ekspor terbesar, yaitu sekitar 15,5 miliar euro atau lebih dari Rp250 triliun.

“Dari aspek penyerapan tenaga kerja, adal 7,5 juta masyarakat Indonesia yang bekerja baik langsung maupun tidak langsung di sektor kelapa sawit,” kata Luhut.

Selain Menko Kemaritiman RI, padasesi ini hadir pembicara lain yakni TanSri Bernard Giluk Dompok (Duta Besar Malaysia untuk Vatikan), Kardinal Peter K A Turkson (Gereja Katolik Vatikan), Alberto Trevisial (Rektor Pontifical Urban University) , dan moderator Arif Havas Oegroseno (Duta Besar RI untuk Jerman).

Seperti halnya Indonesia, negeri jiran Malaysia jugamera-sakan berkah kelapa sawit. Menurut Tan Sri Bernard Giluk Dompok, pada 2017 Malaysia tepat memasuki usia 100 tahun membudidayakan kelapa sawit.

“Sektor kelapa sawit tidak saja menopang pertumbuhan ekonomi, juga sarana social inclusion dan environment protectiorc/kata Tan Sri Bernard Giluk Dompok.

Dompok mengatakan, produktivitas minyak sawit 10 kali lebih tinggi dibandingkan soya-bean dan empat kali lebih tinggi dari bunga matahari.

 

Sumber: Harian Seputar Indonesia