JAKARTA, SAWIT INDONESIA –  Produsen benih sawit nasional tetap kesulitan  untuk ekspor ke Malaysia. Walaupun, banyak permintaan dari perusahaan perkebunan Negeri Jiran. Otoritas Malaysia sangat ketat mengatur impor dan ekspor benih sawit. Apa penyebabnya?

Kasdi Subagyono, Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian RI, menjelaskan bahwa pemerintah Malaysia sangat membatasi bahkan boleh dikatakan menutup kran impor benih kelapa sawit dari luar negeri.

“Karena (Malaysia) kebutuhan benih sawitnya sudah dapat dipenuhi oleh produsen benih setempat,” ujar Kasdi dalam perbincangan dengan redaksi sawitindonesia.com, Kamis (18 Februari 2021).

Secara Business to Business, kata Kasdi, agak sulit menembus ekspor benih kelapa sawit ke Malaysia karena kebutuhan pasarnya  saat ini relatif kecil. Peluang untuk ekspor ke Malaysia asalkan produsen benih nasional  menawarkan produk/varietas berbeda dengan yang mereka miliki. Sampai saat ini, varietas benih Indonesia yang membuat mereka tertarik adalah varietas moderat tahan ganoderma seperti PPKS 540 dan MT Gano Socfindo.

Andi Suwignyo, General Manager PT Socfindo, mengakui perusahaan perkebunan Malaysia sangat berminat untuk membeli DxP Socfindo Moderat Toleran Gano (MTG). Perkebunan sawit baik di Indonesia dan Malaysia yang melewati generasi kedua, sangat rentan terserang penyakit busuk pangkal batang akibat serangan jamur Ganoderma. Makanya, perusahaan sawit Malaysia tertarik dengan keunggulan MT Gano.

“Saat pameran di PIPOC di Kuala Lumpur, tercatat ada 6 perusahaan berminat terhadap MT Gano Socfindo. Ada kendala izin impor (dari Pemerintah Malaysia). Kalau pemerintah Indonesia permudah izin ekspornya,” ujar Andi.

Pada awal Januari 2021, Andi Suwignyo dan Indra Syahputra Kepala Socfindo Seed Production and Laboratory Indra Syahputra telah bertemu dengan Syahrul Yasin Limpo, Menteri Pertanian RI, untuk menyampaikan persoalan tersebut.

“Kami audiensi dengan Menteri Pertanian. Tujuannya minta  dukungan supaya bisa ekspor benih MT Gano  ke Malaysia. Karena sampai sekarang sulit sekali,” jelas Andi.

Dikatakan Andi, syarat benih bisa masuk Malaysia harus ada rekomendasi dari MPOB (Malaysian Palm Oil Board). Kendati, sudah menjalin komunikasi dengan MPOB. Tetapi belum ada respon hingga sekarang.

“Padahal, MPOB sudah  pernah berkunjung ke Socfin. (Malaysia) sangat protektif, makanya perlu dukungan pemerintah Indonesia,” pinta Andi.

“Kami audiensi dengan Menteri Pertanian. Tujuannya minta  dukungan supaya bisa ekspor benih MT Gano  ke Malaysia. Karena sampai sekarang sulit sekali,” jelas Andi.

Achmad Mangga Barani, Pendiri Forum Pengembangan Perkebunan Strategi Berkelanjutan (FP2SB), mengakui pemerintah Malaysia menempatkan kelapa sawit sebagai kebijakan utama dan prioritas termasuk benih. Saat dirinya menjabat Dirjen Perkebunan, Indonesia menghadapi kurangnya pasokan benih sawit lantaran tingginya pembukaan lahan setiap tahun. Untuk menutupi kekurangan, Indonesia meminta benih sawit dari Malaysia.

Lalu dibuatlah kerjasama antar Menteri Pertanian Indonesia dan Menteri Perladangan Malaysia untuk pengadaan benih sawit. Produsen benih Malaysia siap menjual benihnya ke Indonesia. Karena sudah surplus di dalam negerinya.

“Ini di tingkat menteri sudah sepakat. Tetapi, rencana impor benih dari Malaysia tetap butuh persetujuan Perdana Menterinya. Mereka benar-benar mengatur dan mengontrol ketat kebijakan perkelapasawitan termasuk benih,” ujarnya.

Terkait kondisi sekarang, menurut Mangga Barani, dirinya belum memperoleh update informasi kebijakan Malaysia untuk impor benih.

”Tapi saya pikir mereka tetap konsisten. Jangankan impor, ekspor benih saja butuh persetujuan Perdana Menteri. Itu sebabnya, produsen kita akan kesulitan ekspor ke Malaysia. Kalau ke negara lain seperti Thailand dan Afrika, benih kita sudah diterima baik,” pungkasnya.

 

Sumber: Sawitindonesia.com