JAKARTA-Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) menyatakan, kualitas minyak sawit Indonesia di pasar internasional masih menjadi yang terbaik dan belum ada tandingannya. Keunggulan minyak sawit yang paling utama di pasar ekspor adalah untuk bahan baku cokelat dan bisa untuk menggoreng, sementara minyak bunga matahari tidak bisa untuk menggoreng hanya bisa untuk saus salad.

Direktur Eksekutif GIMNI Sahat Sinaga mengatakan, meskipun minyak sawit Indonesia banyak yang menentang terutama dari Uni Eropa (UE) tetapi kualitasnya masihlah yang terbaik. Minyak bunga matahari yang diproduksi UE misalnya, hanya bisa untuk dressing salad.

“Sawit merupakan anugerah yang diberikan Tuhan untuk Indonesia sehingga harus didorong ekspornya, sumber daya alam sawit sudah menjadi kekuatan Indonesia. Banyak yang cemburu sama Indonesia karena menghasilkan kualitas sawit terbaik, Kalau sawit tumbuh di Eropa mungkin tidak akan ada yang komplain,” ujar dia di Jakarta, Kamis (21/1).

Selain itu, sawit juga bisa mendorong terwujudnya ketahanan energi nasional, seperti yang sudah dilakukan pemerintah melalui program mandatori biodiesel 30% (B30). Jika program B30 terus didorong dan konsisten maka ketahanan energi nasional secara perlahan bisa dicapai dan Indonesia bisa mengurangi ketergantungan impor ba- han bakar minyak (BBM). “Sawit mempunyai banyak kelebihan, sejak dulu memang menjadi primadona ekspor. Untuk memenuhi kebutuhan energi dari bahan bakar nabati (BBN) sawit butuh dukungan perusahaan besar dan petani, kolaborasi dari dua elemen ini penting,” jelas dia.

Sahat menjelaskan, saat ini market share sawit Indonesia di pasar dunia sudah mencapai 33% dan ke depan peluangnya masih sangat menjanjikan, total pangsa pasar minyak sawit dunia mencapai 230 juta ton. Berdasarkan perhitungan GIMNI, pada 2025 Indonesia setidaknya membutukan 35 juta ton sawit, khusus untuk kebutuhan energi dan bisa dicapai apabila petani produktif

 

 

Sumber: Investor Daily Indonesia