Seorang anak terlihat asyik memainkan jemarinya pada sebuah ponsel sembari menanti orang tuanya bekerja mengolah kompos di Kelompok Tani Mekar Jaya di Tanjung Jabung Barat, Jambi.

Ide pembuatan pupuk kompos tersebut muncul saat produktivitas tanaman kelapa sawit yang menurun karena sudah berusia 23 tahun. Sawit harus diremajakan 2 tahun lagi berarti, para pekerja kebun akan kehilangan pendapatan selama 4 tahun sembari menunggu tanaman sawit mulai menghasilkan buahnya. Selama ini kelompok tani tersebut memanfaatkan limbah ampas pabrik-pabrik kelapa sawit yang tersedia di sekitar desa.

Gayung bersambut saat PT Wira Karya Sakti (WKS)-mitra pemasok bahan baku Asia Pulp Paper Sinar Mas, yang area konsesinya berbatasan langsung dengan Desa Dataran Kempas menawarkan program Desa Makmur Peduli Api (DMPA). Mereka pun mulai mengolah pupuk kompos dari limbah sawit plus kotoran sapi.

Pada tahap awal, produksi kompos hanya menghasilkan 6 ton per bulan dan secara bertahap meningkat hingga mencapai 1.000 ton per bulan. Seluruh kompos dijual ke WKS untuk memupuk tanaman akasia dengan harga Rpl.U5 per kg. Omzet kelompok tani melesat menjadi Rpl miliar per bulan. Namun, volume tersebut hanya mencukupi kurang dari 50% kebutuhan pupuk WKS. Padahal bahan baku dari limbah sawit masih melimpah.

Kelompok Tani Mekar Jaya hanya butuh tambahan ternak untuk mewujudkan target produksi sebesar 4.000 ton per bulan. Jika target itu dapat diwujudkan, maka pupuk akan dapat dipasarkan ke perusahaan perkebunan sawit, selain ke pelanggan tetap, PT WKS.

Mekar Jaya melibatkan 55 tenaga kerja dan sebagian besar adalah perempuan dengan gaji sekitar Rp3 juta per bulan. Namun ada yang memperoleh gaji hingga Rp8 juta per bulan yang disesuaikan dengan keahliannya.

Keberadaan usaha pembuatan kompos tersebut tentu menambah penghasilan dan mereka kini tak perlu khawatir lagi saat menghadapi masa replanting. Bahkan dari omzet yang terkumpul, saat ini Kelompok Tani Mekar Jaya mampu . mendirikan Lembaga Keuangan Mikro-Agribisnis (LKM-A) Mitra Usaha Mandiri dengan dana kelolaan RplOO juta serta dapat menyalurkan pinjaman lunak hingga Rp5 juta kepada tenaga kerja kelompok tani atau warga sekitar. 0

Yayus Yuswoprihanto

 

Sumber: Bisnis Indonesia