Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kalimantan Timur Muhammadsjah Djafar mengatakan, ada tiga jalur hilirisasi yang potensial untuk dikembangkan.

Salah satunya adalah oleopangan atau industri yang mengolah produk industri refinery untuk menghasilkan produk antara intermediate oleofood sampai pada produk jadi oleofood product.

Selanjutnya ada olahan crude palm oil (CPO) menjadi produk oleokimia seperti detergen, sabun dan sampo.

Terakhir adalah hilirisasi biofuel (biofuel complex) dengan mengolah produk industri minyak untuk menghasilkan produk-produk antara biofuel, hingga produk jadi biofuel.

Produk yang dihasilkan di antaranya biodiesel, biogas, biopremium, bioavtur, dan lain-lain.

“Di Indonesia, hadirnya hilirisasi terus mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional. Bahkan kelapa sawit kita sudah menguasai 52 persen ekspor sawit dunia,” kata Djafar, Minggu (18/11).

Menurut dia, jika menghadirkan hilirisasi, Kaltim bisa menjadi pemasok utama terhadap ekspor nasional senilai USD 22,97 miliar.

Selama ini Kaltim masih menjadi salah satu pemasok CPO terbesar di Indonesia.

“Saat ini secara nasional produk hulu sudah mulai bergeser. Semula, produk hulu masih menguasai pasar sekitar 60 persen, sedangkan hilirisasi hanya 40 persen. Saat ini produk hulu hanya berkontribusi 22 persen dan 78 persen produk hilirisasi,” tutur Djafar.

 

Sumber: Jpnn.com