Kini kabinet “Indonesia Maju” telah terbentuk, wajah lama dan baru pun mewarnai kebinet yang baru,  dan kini gerbong kabinet tersebut siap bekerja untuk membantu mewujudkan visi misi Presiden dan Wakil Presiden Periode 2019-20224.

Sebelumnya saat masih menjadi Calon Presiden, Joko Widodo telah memaparkan visi misinya tentang pengembangan perkebunan kelapa sawit nasional, dengan fokus pada peningkatan program campuran biodiesel sawit 20% ke minyak solar berbasis fosil atau dikenal dengan program B20, yang bahkan akan terus dilanjutkan sampai menjadi B100.

Menurut Joko Widodo, produksi kelapa sawit di Indonesia sudah mencapai 40 juta ton/tahun dengan petani sejumlah 16 juta orang. Hal ini yang membuat program B20 sudah mulai ditingkatkan penggunaannya sampai menuju pada B100.

Kepala Departemen Kampanye Sawit Watch, Maryo Saputra Sanudin menilai, strategi terebut belum dijelaskan lebih lanjut apakah pasokan minyak sawit mentah (CPO) untuk bahan baku biodiesel didapat dengan perluasan kebun sawit cara intensifikasi atau ekstensifikasi.

Sebab itu kata Maryo, ketidak jelasan ini harus dipertegas, apalagi industri ini merupakan industri yang banyak menyumbang devisa terbesar bagi negara. Ia khawatir, jika tidak jelas, strategi yang banyak diterapkan justru dengan melakukan pembukaan lahan baru untuk mencapai target devisa. Hal ini mengakibatkan cita-cita untuk mencapai produk yang sustainable menjadi sulit tercapai.

Sementara Peneliti dari Auriga Nusantara, Syahrul Fitra menilai, yang perlu dilakukan saat ini adalah membenahi data dasar sawit yang masih berantakan seperti seperti data luasan kebun, kepemilikan dan kebun rakyat.

Selain data tersebut, pemerintah perlu mempersiapkan infrastruktur industrialisasi sawit. Karena pada saat debat kedua capres ini para calon hanya membayangkan soal biofuel aja. Padahal banyak produk turunan yang bisa diproduksi di dalam negeri. Ini perlu jadi perhatian. Untuk perkebunan, harus mendorong intensifikasi produksi.

Sumber: Infosawit.com