JAKARTA – Benih kelapa sawit tanpa label/ sertifikat atau dikenal sebagai benih sawit palsu (ilegitim) hingga kini masih beredar luas di sentra-sentra perkebunan rakyat yang memang sulit dipantau distribusinya. Diduga secara nasional, pertanaman kelapa sawit sebanyak 20-25% berasal dari benih palsu.
Guna mengenali benih sawit palsu bisa dengan cara mencermati tingkat pertumbuhan kecambah yang rendah, kurang dari 85%, pertumbuhan benih terhambat, persentase bibit abnormal lebih tinggi, ukuran benih tidak seragam, serta harga benih lebih rnudah dari harga benih bersertifikasi.
Tanaman sawit yang berasal dari benih palsu akan memasuki usia produktif (panen) lebih lambat ketimbang bersumber dari benih unggul. Begitu pula produktivitas TBS terbilang rendah, yakni dibawah 20 ton/ha/tahun. Produksi TBS dan kandungan minyak maksimal hanya 50% dari produksi benih unggul bersertifikat.
Hasil tanaman dari benih palsu juga tidak saja merugikan petani. Misalnya, merusak peralatan pabrik karena mengolah biji sawit bercangkang tebal, merusak produsen yang benihnya dipalsukan, serta menurunkan tingkat produktivitas dan daya saing industri/ perdagangan sawit nasional.
Dengan kata lain, asli tidaknya benih sawit tidak bisa dikenali dari penampilan benih, tapi dapat dinilai setelah benih ditanam dan mulai berbuah. Makanya, cara paling praktis agar Anda tidak tertipu benih sawit palsu, datanglah ke sumber atau kios produsen benih unggul kelapa sawit yang ditunjuk pemerintah dengan Surat Keputusan (SK) Menteri Pertanian.
Merujuk penelusuran InfoSAWIT, Berikut Ciri-Ciri Fisik Benih Sawit Palsu:
• Tempurung benih lebih tipis, lantaran berasal dari pohon Tenera di kebun produktif.
• Permukaan biji kasar dan kotor, disebabkan proses yang sembarangan sehingga masih banyak serabut melekat di biji.
• Cangkang sulit dideteksi, karena belakangan ini benih diambil dari sisa-sisa indukan Dura.
• Tanpa merek produsen. Harga murah. Tanpa di lengkapi sertifikat benih.
Sumber: Infosawit.com