INDONESIA – Bambang Brodjonegoro, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasionan (PPN)/Kepala Bappenas, mengatakan sampai  tahun 2016 nilai ekspor sawit mencapai Rp 240 triliun. Kontribusi sawit sebagai penyumbang devisa lebih tinggi daripada pariwisata dan migas.

“Industri sawit berperan penting kepada kesejahteraan masyarakat. Dari yang data didapat, sawit ini penyumbang devisa nomor satu. Baru nomor dua sektor pariwisata dan disusul migas,” ujarnya dalam sebuah diskusi pada pekan lalu.

Berdasarkan data BPS dan Kementerian Perindustrian, sawit menghasilkan devisa Rp 240 triliun. Disusul, sektor pariwisata sebesar Rp 190 triliun dan migas sekitar Rp 170 triliun.

Menteri Bambang mengatakan dengan adanya perbaikan harga di pasar global mendukung kinerja ekspor. “Dan harus diakui, sawit menjadi andalan ekspor kita,” tuturnya.

Di sektor tambang khususnya batubara, menurut Bambang, menghadapi permasalahan isu lingkungan. Ataupun dari negara-negara yang mengurangi penggunaan listrik dari  PLTU.

“Sedangkan migas ya berkaitan alama di mana produksi minyak berkurang. Ini membuat cadangan menipis. Hanya sawit yang produksinya cukup besar. Ini kalau berbicara sumber daya alam,” kata Bambang.

Menteri Bambang menjelaskan bahwa kelapa sawit mampu menghasilkan produk turunan lainnya, alhasil akan memicu pertumbuhan di sektor industri pengolahan. “’Maka,sangatlah tepat kalau kita terfokus kepada sawit. Tanpa melupakan potensi komoditas perkebunan lain seperti karet, kopi, dan kelapa,” tegasnya.

Berbicara tenaga kerja, jumlah tenaga kerja di industri sawit mampu menyerap tenaga kerja langsung dan tidak langsung mencapai 16,2 juta jiwa. Berdasarkan data Kementerian Pertanian, luas perkebunan sawit pada 2015 mencapai 11,3 juta hektare. Dari jumlah tadi terdiri dari 4,6 juta hektare perkebunan rakyat, perkebunan swasta seluas 6 juta hektare, dan milik BUMN seluas 760 ribu hektare. Total produksi sawit nasional sebanyak 33,4 juta ton.

Sumber: Sawitindonesia.com